Selain itu, adanya pemilihan umum (Pemilu) 2024 dapat berdampak terhadap konsumsi: Secara historis, dalam 4 siklus terakhir kontes politik memang nyata di mana terdapat kecenderungan pertumbuhan PDB yang lebih rendah menjelang pemilu dan lebih tinggi pasca pemilu.
Kekhawatiran terhadap meningkatnya ketegangan geopolitik termasuk konflik Timur Tengah baru-baru ini telah memicu kekhawatiran pasar mengenai potensi lonjakan inflasi yang berimplikasi pada stabilitas pasar.
MNC Sekuritas juga menyebutkan catatan positif IHSG dengan kenaikan nilai saham-saham berkapitalisasi besar pada Desember 2023 dengan investor domestik, khususnya investor ritel, masih memegang posisi dominan.
MNC Sekuritas juga memasang target IHSG 2024 dengan target fundamental di level 7.700 untuk skenario dasar, 6.900 untuk skenario bearish, dan 8.100 untuk skenario bullish.
- BRI Danareksa
BRI Danareksa memproyeksikan kondisi pasar RI akan bergantung pada pergeseran komprehensif fokus risiko ke moderasi pertumbuhan yang sedang berlangsung seiring dengan menurunnya inflasi inti global.
Operasi fiskal dan kebijakan moneter digadang akan menjadi obat mujarab utama untuk menghindari dampak buruk pada lintasan pertumbuhan ekonomi RI.
“Meskipun terjadi perlambatan pertumbuhan konsumsi, kami memperkirakan PDB Indonesia secara keseluruhan akan tetap pada tingkat 5 persen,” tulis riset BRI Danareksa.
Belanja fiskal dan pemasukan dana pemilu menjadi salah satu pendorong utama perekonomian dalam negeri. Karenanya, ada ekspektasi imbal hasil yang lebih rendah pada 2024, meskipun spread obligasi pemerintah Indonesia (INDOGB) ke obligasi pemerintah AS alias US Treasury (UST) berpotensi melebar didukung adanya buffer untuk melawan risiko-risiko yang berasal dari luar.
Pendorong utama volatilitas imbal hasil obligasi ini adalah katena minat terhadap Treasury AS yang meningkay, FFR yang lebih tinggi, dan premi berjangka yang memberikan tekanan pada imbal hasil Treasury AS.
Imbal hasil UST mengalami lonjakan yang signifikan sepanjang tahun 2023, mencapai puncaknya di 4,98 persen pada 19 Oktober, yang merupakan level tertinggi sejak tahun 2007.
Peningkatan substansial dalam imbal hasil UST ini secara intrinsik terkait dengan kenaikan suku bunga Fed Funds Rate (FFR) AS.
Lonjakan ini lebih lanjut didorong oleh kombinasi beberapa faktor, termasuk pasokan Treasury AS yang besar, disertai dengan arus keluar modal dari pemegang saham utama seperti China dan Jepang.
Selain itu, meningkatnya ketidakpastian global, komitmen bank sentra AS, The Federal Reserve (The Fed) untuk menaikkan suku bunga dalam jangka waktu yang lama, dan kenaikan premi berjangka secara bersamaan semuanya berkontribusi pada peningkatan imbal hasil UST.
Riset BRI menambahkan, risiko utama yang akan dihadapi pasar di tahun 2024, terutama terkait risiko dalam negeri.
Setidaknya, perlu mewaspadai adanya tiga faktor utama yang berpotensi menjadi pemicu inflasi, yaitu (1) potensi kelangkaan bahan pangan bergejolak (volatile food) dalam negeri, seperti beras dan cabai; (2) kenaikan harga komoditas global, termasuk minyak; dan (3) lonjakan permintaan musiman yang signifikan pada acara keagamaan.
“Kami masih melihat risiko inflasi yang kecil terhadap kebijakan moneter BI. Rupiah diperkirakan akan lebih stabil meskipun kami mengantisipasi bahwa mata uang nasional kemungkinan akan menghadapi hambatan eksternal yang sedang berlangsung di semester pertama 2024 karena kinerja yang masih sangat terkait dengan dinamika ekonomi global,” tulis riset BRI
Beberapa faktor menimbulkan risiko terhadap volatilitas rupiah di antaranya termasuk sikap agresif bank sentral AS yang berkepanjangan, pertumbuhan domestik yang lamban, dan defisit anggaran yang signifikan.
- CLSA
CLSA Sekuritas melakukan survei sederhana terhadap sekitar 200 responden untuk memahami pandangan politik mereka sehubungan dengan pemilihan presiden pada 14 Februari 2024.
“Ukuran sampel kami kecil, dengan fokus hanya pada pasar massal (yaitu mereka yang memiliki pendapatan bulanan rata-rata di bawah Rp5 juta atau sekitar USD320).
Riset CLSA menemukan bahwa responden cukup menghargai program subsidi di antara program-program kandidat lainnya.