Sementara pasar ekspor rokok masih terjaga di kisaran Rp1,15 triliun, yang utamanya dikontribusikan penjualan sigaret kretek mesin senilai Rp1,07 triliun.
Apa Penyebab Laba Naik?
Gross profit margin yang tinggi mendorong laba kotor GGRM lebih tinggi hingga September 2023, dibandingkan September tahun lalu. Perseroan mampu memangkas beban pokok menjadi Rp70,3 triliun, dari tahun lalu di angka Rp86,23 triliun.
Lebih jauh, kontribusi pendapatan lain senilai Rp203,59 miliar juga menambah pemasukan. Di sisi lain, perseroan juga memangkas ongkos operasional menjadi Rp5,4 triliun, dari semula Rp5,7 triliun.
Setelah dipotong beban bunga, laba sebelum pajak GGRM mentereng sebanyak Rp5,75 triliun, dari tahun lalu Rp1,94 triliun, demikian mengutip laporan keuangan GGRM, Selasa (31/10/2023).
Neraca keuangan GGRM menunjukkan penurunan aset 2,1 persen year to date (Ytd). Jumlah kewajiban utang melandai 13,15 persen menjadi Rp26,6 triliun, sedangkan nilai ekuitasnya meningkat 3,7 persen di angka Rp60 triliun.