Yahya mengatakan, selain karena permintaan yang masih tinggi, kebijakan pemerintah juga ikut menambah positif iklim industri pupuk. Misalnya, kebijakan pemerintah menghapuskan pajak ekspor (PE) CPO sampai 31 Agustus 2022. Hal ini tentunya akan mendongkrak harga CPO dalam negeri yang berimbas pada kemampuan belanja pupuk untuk
meningkatkan produktivitas sawit.
“Kami optimistis hingga akhir tahun bisnis pupuk di Indonesia masih potensial,” tutur dia.
Yahya menerangkan, permintaan pupuk terus meningkat, bahkan, Saraswanti sudah mengantongi pesanan hingga Oktober 2022.
Karena itu, tambahnya, manajemen Saraswanti merevisi target penjualan tahun 2022. “Kami melakukan peningkatan proyeksi penjualan tahun 2022, awalnya Rp 2,4 triliun menjadi Rp 2,88 triliun,” ujar Yahya.
Dia menambahkan, dari sisi bahan baku, Saraswanti mampu mengamankan diri hingga akhir tahun. Sementara itu, per akhir Juni 2022, laba sebelum pajak Saraswanti melonjak 152% menjadi Rp 174,69 miliar dibandingkan Semester I/2021 sebesar Rp 69,31 miliar.