Secara geografis, penjualan di Asia mengalami penurunan 15 persen menjadi Rp527 miliar, penyebab utamanya adalah penurunan penjualan di Jepang, Uni Emirat Arab, dan Cina.
Pada wilayah Eropa, penjualan perseroan menurun hingga 24 persen menjadi Rp237 miliar, disebabkan oleh penurunan penjualan di Rusia.
“Meski demikian, negara-negara di Eropa juga ada yang mengalami perbaikan seperti negara-negara di Jerman, kemudian Belgia dan juga Prancis,” tambah Lidiana.
Lebih lanjut, untuk semester dua tahun ini perseroan mengharapkan perbaikan makro ekonomi global, mengingat laju inflasi melambat dan peningkatan suku bunga mereda.
Andri menjelaskan, visibilitas masih tetap rendah mengenai kinerja pasar di sisa tahun 2024 karena ketidakpastian yang terkait dengan perkembangan makro ekonomi dan geopolitik.