Antara Maret 2022 dan Juli 2023, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) menaikkan suku bunga target dana federal sebesar 525 basis poin dan menjadikan siklus pengetatan ini menjadi yang tercepat dalam empat dekade.
Sepanjang 2023 saja, The Fed sudah menaikkan suku bunga hingga 150 basis points (bps).
Jika dibandingkan, antara 2004 dan 2006, The Fed menaikkan suku bunga kebijakannya sebanyak 425 basis poin, namun selain itu, tidak ada siklus pengetatan lainnya dalam 40 tahun terakhir yang mampu mendekati siklus saat ini dalam hal cakupan dan kecepatan.
Pasca pertemuan Desember 2023, pemangkasan suku bunga The Fed diproyeksi mulai dilakukan pada Maret 2024 sebesar 25 bps hingga September 2024 dengan total 125 bps dan hingga Desember 2024 sebesar 150 bps hingga menjadi 3,75-4 persen.
Optimisme 2024
Tahun 2024 dinilai sebagai tahun yang cukup mulus bagi IHSG dibandingkan tahun ini. Sebab ada berbagai sentimen positif baik dari dalam dan luar negeri.
Menurut tim analis Bareksa, salah satu sentimen positif dalam negeri ialah pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu) presiden dan wakil presiden yang berpeluang dalam 2 putaran. Hal ini akan turut mendongkrak perekonomian.
Bareksa juga menilai Pemilu 2024 berpotensi mengerek perputaran uang lebih cepat, hingga diprediksi bisa mendongkrak perekonomian 0,3-0,4 persen. Selain itu, tahun depan juga dilaksanakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak di semester II.
“Sentimen positif dari internal lainnya ialah penyaluran kredit oleh perbankan diprediksi akan meningkat di 2024, meskipun di 2023 penyaluran kredit cenderung memiliki high base,” tulis riset terbaru Bareksa.
Bareksa juga memperkirakan nantinya setelah masa Pemilu usai, keyakinan konsumen RI akan tetap bertumbuh.
Hal ini ditandai kredit segmen konsumer yang mulai bergerak naik di awal hingga pertengahan tahun, meliputi kredit pembiayaan multiguna, rumah dan kendaraan bermotor. Kemudian, kredit segmen korporasi diprediksi akan menyusul naik di awal semester II tahun depan.
Sementara riset Algo Research pada awal Desember lalu menyebutkan sejumlah sentimen positif baru-baru ini terjadi karena optimisme penurunan suku bunga (yield), sebagai akibat dari disinflasi dan pandangan The Fed yang dovish.