Selain mengembangkan sumber energi dari minyak sawit (CPO), lanjut Budi, Pertamina juga akan terus memaksimalkan sumber daya terbarukan lainnya untuk memenuhi permintaan energi yang terus meningkat, baik secara domestik maupun global.
“Pertamina saat ini telah mengembangkan green refinery pertama di Indonesia, dengan pilot project di Kilang Plaju, Sumatra Selatan yang beroperasi pada Desember 2018. Kilang ini menghasilkan green fuel, green LPG dan green avtur dengan pemanfaatan CPO hingga 7,5%,” imbuh Budi.
Pertamina, menurut Budi, perlu melakukan kerja sama dengan perusahaan migas dunia yang sudah berpengalaman dalam pengembangan energi hijau untuk memproses 100% CPO menjadi bahan bakar minyak baik diesel maupun gasolin. Untuk itulah, pilihan yang tepat bekerja sama dengan Eni.
Untuk mewujudkan kerja sama dengan Eni, Pertamina telah membentuk Komite Pengarah yang bertugas untuk mendalami peluang bisnis bersama dan membahas klausul yang akan disepakati yang akan menjadi rujukan dalam pembangunan proyek kilang ramah lingkungan layak dan memenuhi persyaratan.
Pertamina dan ENI memiliki komitmen mewujudkan pembangunan green refinery (kilang ramah lingkungan) dengan tiga opsi. Pertama, konversi atas sebagian aset yang ada di Kilang Dumai menjadi green plant. Kedua, mengerjakan konstruksi kilang baru ramah lingkungan yang berada di area Kilang Dumai. Ketiga, konstruksi kilang baru ramah lingkungan di Kilang Plaju. (*)