sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Plus dan Minus ‘Tanam Duit’ di Deposito-Saham-Obligasi, Mana yang Oke?

Market news editor Melati Kristina - Riset
04/10/2022 16:21 WIB
Berinvestasi di deposito, obligasi, hingga saham memiliki berbagai macam keuntungaBerinvestasi di depon maupun risiko, terlebih di tengah era suku bunga tinggi.
Plus dan Minus ‘Tanam Duit’ di Deposito-Saham-Obligasi, Mana yang Oke? (Foto: MNC Media)
Plus dan Minus ‘Tanam Duit’ di Deposito-Saham-Obligasi, Mana yang Oke? (Foto: MNC Media)

Plus Minus Jenis-Jenis Investasi

Berinvestasi tentunya memiliki masing-masing plus minus. Seperti berinvestasi di saham, meskipun potensi cuannya cukup besar, akan tetapi harga saham yang sangat fluktuatif dapat menyebabkan capital loss atau kondisi dimana investor menjual saham dengan harga lebih rendah dari harga belinya.

Di samping itu, investor juga dihadapkan dengan risiko dilikuidasi yakni bila emiten dinyatakan bangkrut oleh pengadilan atau perusahaan tersebut dibubarkan.

Sehingga, investor perlu mencermati kinerja perusahaan, prospek industri dari emiten tersebut, tren kenaikan harga saham, hingga dividend yield yang konsisten setidaknya di atas 7 persen dalam kurun tiga tahun terakhir.

Sama halnya dengan investasi saham, berinvestasi di deposito maupun obligasi yang juga memiliki kelebihan dan kekurangan.

Dari segi keamanan, berinvestasi di deposito tentunya lebih unggul karena risiko kerugian yang lebih kecil dari fluktuasi pasar serta dijamin LPS bila bank tempat menyimpan uang mengalami kebangkrutan, dengan syarat bank tersebut adalah anggota LPS.

Berinvestasi di obligasi juga menguntungkan untuk tabungan jangka panjang serta lebih aman dan terpercaya bila memilih obligasi pemerintah. Terlebih, risikonya juga lebih rendah dibanding berinvestasi di saham.

Kendati demikian, investasi di deposito menawarkan imbal hasil yang rendah, terlebih menyimpan uang di deposito rentan terkena inflasi yang tinggi karena meski nilai bunga yang diberikan tinggi, akan tetap tergerus inflasi sehingga tidak menambah keuntungan nasabah.

Sementara berinvestasi di obligasi juga rentan akan risiko gagal bayar terlebih jika peminjam tidak mampu membayar bunga dan pokok utang. Walaupun, dalam kasus obligasi pemerintah, risiko gagal bayar terbilang lebih minim dibandingkan dengan obligasi korporasi.

Selain itu, terdapat risiko lainnya, seperti meningkatnya inflasi secara signifikan yang dapat menyebabkan terkontraksinya tingkat pengembalian obligasi.

Periset: Melati Kristina

(ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement