Faizal menjelaskan, dari total Rp325 miliar tersebut, lebih dari 85 persen akan digunakan untuk informasi dan teknologi (IT) serta digitalisasi. Sementara sisanya akan digunakan untuk biaya operasional.
"Jadi logistik ini heavy, banyak di kontrak dan proyek logistik. Untuk mengerjakan kontrak dan proyek logistik kami perlu modal awal. Karena ada vendor, ada mitra yang minta dibayar uang muka dan sebagainya," ujar Faizal.
Meski demikian, Faizal menegaskan, penggunaan dana sukuk ijarah berkelanjutan ini tidak akan dihabiskan di 2025. Sisa dana dari penerbitan sukuk juga akan digunakan untuk modal kerja pada 2026.
Sebagai informasi, Pos Indonesia meluncurkan tiga produk sukuk ijarah berkelanjutan. Pertama, sukuk SIPOST01ACN1 dengan emisi sebesar Rp100 miliar dengan suku bunga 8,5 persen.
Selanjutnya, SIPOST01BCN1 dengan emisi sebesar Rp750 miliar dan suku bunga 9,75 persen dan ketiga SIPOST01CCN1 dengan emisi Rp150 miliar dan suku bunga imbal hasil yang ditawarkan sebesar 9,9 persen.
(Dhera Arizona)