"Karena kalau turunnya harga saham itu karena fundamental, dalam arti mungkin satu, katakan pada saat banyak peraturan yang ketat atau NPL terlalu melambung tinggi, ini baru fundamental," katanya.
Jika fundemental bermasalah, kata Jahja, perlu dilakukan perbaikan pada manajemen. Dia juga menyoroti pentingnya memilih saham perusahaan dengan manajemen yang baik.
Jahja juga menyebut, kondisi global seringkali berdampak kepada IHSG. Pada 2002, dia menyebut, indeks jatuh saat terjadi insiden Bom Bali, tapi tak butuh waktu lama bagi IHSG untuk bangkit.
"Investor yang capable di market, yang gede, pada saat (kejadian) itu dia sell (jual), entar kumaha engke (bagaimana nanti), entar kalau sudah harga turun, kan saya buyback lagi, entar kan saya untung. Jadi untung mereka tidak hanya beli jual di atas, tapi sell terus buyback (di bawah)," katanya.
Dia melanjutkan saat bom Bali, banyak investor khawatir akan terjadi di berbagai tempat. Namun ternyata hal itu tidak terjadi dan Bali pun tak butuh waktu lama untuk pulih dengan dukungan berbagai pihak, termasuk dunia internasional.
"Dan itu dalam waktu sebentar, stock market langsung back to normal," katanya.
(Rahmat Fiansyah)