Di antaranya seperti PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR), PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Bumi Resources Minerals (BRMS), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA), PT Bayan Resources Tbk (BYAN), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), hingga PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN).
Secara year to date (YTD), saham MBMA sudah meroket 16 persen sejak awal 2024. Diikuti oleh AMMN yang naik hingga 14,89 persen dan ADMR naik 7,35 persen. Meski, sebagian besar emiten tambang mineral masih mencatatkan kinerja saham merah. (Lihat grafik di bawah ini.)

Tiga emiten yakni BREN, BYAN, dan AMMN menduduki perusahaan yang masuk ke dalam jajaran top market cap BEI. Masing-masing memiliki nilai kapitalisasi pasar mencapai Rp722 triliun, Rp656 triliun dan Rp546 triliun.
Tahun lalu, AMMN sebagai emiten tambang tembaga-emas yang terafilisasi dengan keluarga Salim dan Panigoro memiliki nilai fundraising IPO terbesar yakni senilai Rp10,73 triliun.
Di posisi kedua, ada emiten pengolahan nikel terintegrasi milik Harita Group besutan Lim Hariyanto Wijaya Sarwono PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) emiten yang bergerak di sektor tambang nikel yang meraup dana segar IPO sebesar Rp10 triliun. Ada juga BREN yang sukses mendapatkan dana segar Rp3,13 triliun dalam proses IPO.