Sementara penyelesaian transaksi keuangan terkait pembengkakan biaya atau cost overrun KCJB sebesar USD 1,2 miliar atau Rp 18,2 triliun akan dilakukan peminjaman sebesar USD 550 juta atau setara Rp 8,3 triliun yang berasal dari China Development Bank (CDB).
Sejauh ini, investor cenderung wait and see untuk masuk ke saham konstruksi termasuk WIKA. Menurutnya, investor menunggu kondisi makro ekonomi yang stabil dan musim pemilu selesai.
Adapun demikian makro ekonomi dinyatakan stabil dapat ditandai dengan suku bunga acuan The Fed yang tidak naik lagi atau bahkan cenderung turun. Untuk informasi, WIKA berhasil mencatatkan perolehan kontrak baru Rp 33,35 triliun sepanjang 2022.
(FRI)