sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Proyek Smelter Aluminium Adaro Senilai Rp31,3 Triliun Disebut Lama Balik Modal

Market news editor Maulina Ulfa - Riset
12/10/2023 10:48 WIB
Proyek rencana pengembangan smelter mineral tambang aluminium milik emiten Garibaldi ‘Boy’ Thohir, PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR).
Proyek Smelter Aluminium Adaro Senilai Rp31,3 Triliun Disebut Lama Balik Modal. (Foto: Institute for Energy Economics and Financial Analysis/IEEFA)
Proyek Smelter Aluminium Adaro Senilai Rp31,3 Triliun Disebut Lama Balik Modal. (Foto: Institute for Energy Economics and Financial Analysis/IEEFA)

IEEFA juga menduga, alasan mengapa proyek smelter aluminium Adaro dijalankan adalah untuk memaksimalkan potensi bauksit di lokasi tersebut serta ketersediaan batu bara dan pembangkit listrik tenaga air.

“Pembangunan kapasitas peleburan aluminium tambahan di Indonesia dapat dikaitkan dengan dua kemungkinan alasan. Yaitu untuk mengurangi kekurangan pasokan dalam negeri dan untuk menggunakan sumber daya bauksit dalam negeri untuk menciptakan nilai lebih bagi perekonomian,” kata Peh.

Namun, IEEFA juga menyebutkan, dari sudut pandang lingkungan, proyek smelter aluminium Adaro ini akan mengeluarkan karbon dioksida dalam jumlah besar yang setara dengan hampir 1 persen emisi CO2 Indonesia pada 2021.

“Kita mungkin perlu berhati-hati terhadap risiko greenwashing jika pemerintah Indonesia benar-benar menganggap pembangkit listrik captive sebagai pembangkit listrik ramah lingkungan hanya karena pembangkit tersebut mendukung produksi material seperti nikel atau aluminium atas nama transisi energi,” tambah Peh.

Selama ini, aluminium ramah lingkungan idealnya diproduksi menggunakan energi terbarukan. Penggunaan energi hijau justru dapat menjadi keunggulan kompetitif aluminium, jika produksinya menghasilkan emisi gas rumah kaca yang jauh lebih rendah.

Namun, IEEFA menemukan, tahap pertama dan kedua proyek smelter aluminium Adaro diperkirakan akan menggunakan listrik berbahan bakar batu bara. Hanya tahap ketiga, yang juga menargetkan produksi sebesar 500 ktpa, yang akan didukung oleh pembangkit listrik tenaga air (PLTA).

“Selain itu, Fase 1 dapat menghasilkan 5,2 juta ton CO2 saat beroperasi. Ini setara dengan 0,8 persen total emisi CO2 Indonesia pada 2021,” kata Peh.

Adaro juga disebut telah mendapatkan pinjaman dari lima bank domestik di Indonesia. Namun, pada Februari lalu, Standard Chartered dan DBS Bank dilaporkan menolak mendanai Adaro Tahap 1.

“Dukungan pendanaan akan semakin rumit karena semakin banyak lembaga keuangan yang mengadopsi kebijakan keluar dari sektor batu bara,” imbuh Peh. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement