sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Proyeksi Harga Emas Dunia Pekan Depan, Bisa Tembus USD4.000?

Market news editor Nia Deviyana
05/10/2025 06:30 WIB
Harga emas dunia pada pekan depan diproyeksi menguat terbatas di tengah tekanan geopolitik dan ketidakpastian global. 
Proyeksi Harga Emas Dunia Pekan Depan, Bisa Tembus USD4.000? Foto: Freepik.
Proyeksi Harga Emas Dunia Pekan Depan, Bisa Tembus USD4.000? Foto: Freepik.

IDXChannel - Harga emas dunia pada pekan depan diproyeksi menguat terbatas di tengah tekanan geopolitik dan ketidakpastian global

Mengutip Investing, emas ditutup di level USD3.885,99 per troy ons pada perdagangan Jumat (3/10/2025) atau mengalami kenaikan hingga 0,78 persen, menjadikannya level penutupan tertinggi emas sepanjang masa.

Secara kumulatif sepekan, harga emas mengalami kenaikan hingga 3,36 persen sekaligus melanjutkan tren penguatan dalam tujuh pekan beruntun.

Pengamat Pasar Uang dan Komoditas Ibrahim Assuaibi memproyeksikan dalam perdagangan emas dunia Senin (6/10/2025), emas berada pada level support USD3.854.80 per troy ounce dan resisten di USD3.916.50 per troy ounce.

Sedangkan selama perdagangan sepekan ke depan, Ibrahim memproyeksi emas berada pada support USD3.823.90 dan resisten di USD3.955.17. 

"Jadi untuk mencapai level USD4.000 kemungkinan sangat sulit sekali," ujar Ibrahim melalui keterangan tertulis, Minggu (5/10/2025).

Ibrahim mengungkap sentimen yang mendorong kenaikan harga emas dunia dalam perdagangan minggu depan. Salah satunya didukung faktor geopolitik.

Di Eropa, perang antara Rusia dan Ukraina terus terjadi. Para menteri keuangan negara-negara G7 menyatakan akan mengambil langkah bersama untuk meningkatkan tekanan terhadap Rusia. 

Mereka akan menargetkan pihak-pihak yang terus menambah pembelian minyak Rusia, serta mereka yang membantu menghindari sanksi.

Di samping itu, Amerika Serikat (AS) dikabarkan akan memberikan dukungan intelijen kepada Ukraina untuk melancarkan serangan rudal jarak jauh terhadap infrastruktur energi Rusia. Hal ini membuat ketegangan di Eropa kemungkinan besar semakin meningkat.

"Ini yang membuat masyarakat kembali melindungi asetnya dengan logam mulia sebagai safe haven," kata Ibrahim.

Sentimen lain datang dari terjadinya government shutdown atau penutupan pemerintahan di AS yang telah menekan dolar dan meningkatkan permintaan terhadap aset aman.

Dengan adanya penutupan pemerintahan Amerika Serikat kita pun juga tidak bisa melihat data yang cukup dinantikan terutama adalah data tenaga kerja. 

Kondisi ini dapat menjadi tantangan bagi Federal Reserve, yang tengah mempertimbangkan kemungkinan pemangkasan suku bunga lebih lanjut menjelang pertemuan berikutnya pada Oktober.

(NIA DEVIYANA)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement