"Di saat kebijakan moneter ketat diambil, memang akan membuat US Dolar lebih diminati ketimbang aset lainnya. Nah emas itu kerap menjadi lawannya US Dolar. Karena pelaku pasar global kerap menjadikan dua instrument ini sebagai instrument utama dalam berinvestasi. Yakni berinvestasi dalam mata uang US Dolar atau emas, sehingga harga keduanya kerap berlawanan," pungkasnya.
Gunawan menyatakan, para ibu rumah tangga yang gemar mengkoleksi emas, sebaiknya berhati-hati lagi. Karena rencana kenaikan bunga acuan itu akan lebih sering dilakukan di tahun ini dan akan berlanjut lagi di tahun depan. Potensi tekanan terhadap harga emas pada dasarnya sangat terbuka. Hanya saja gelombang covid 19 yang tak terkendali kerap mendorong pelemahan mata uang US Dolar.
Hal inilah yang membuat emas belakangan ini susah untuk turun. Karena inflasi di AS tengah naik, maka kebijakan moneter ketat oleh The FED sebenarnya menjadi satu hal yang pasti. Sementara pandemic covid 19 ini masih abu-abu trennya ke depan. Apakah akan terkendali dan mampu dijinakkan sehingga berkontribusi positif bagi perekonomian dunia, atau justru memperparah kondisi ekonomi.
"Nah masih ada ketidakpastian. Akan tetapi sebaiknya investor atau para ibu rumah tangga yang gemar mengoleksi emas untuk berhati-hati. Terlebih yang menggantungkan pemenuhan kebutuhan uang dengan banyak mengandalkan simpanan emas," tandasnya. (TYO)