Proyeksi Kenaikan Suku Bunga AS Terlalu Dini, Harga Emas Longsor

IDXChannel - Sempat menyentuh angka USD1.847 per ons troy, harga emas dunia langsung amble ke level USD1.814. Penurunan harga emas ini tak lepas dari pengumuman Bank Sentral AS atau The Fed terkait kenaikan suku bunga acuan di bulan maret mendatang.
"Apa yang disampaikan Bank Sentral AS tersebut lebih cepat dari perkiraan pelaku pasar sebelumnya. Dan kemungkinan kenaikan suku bunga acuan yang lebih agresif akan terjadi di tahun ini. Yang artinya kabar tersebut akan memberikan dampak buruk bagi harga emas dunia termasuk juga harga emas lokal," kata Analis Pasar Keuangan, Gunawan Benjamin, Kamis (26/1/2022)
Harga emas di sejumlah butik, sambung Guawan, juga dijual turun pada perdagangan hari ini. Dimana penurunan berkisar 11 hingga 13 ribu per gramnya. Saat ini harga emas dijual dikisaran Rp917 ribuan per gram, dari posisi sebelumnya sebesar Rp950 ribuan per gram.
"Semua terjadi setelah The FED atau sebutan untuk Bank Sentral AS berencana melakukan kebijakan moneter ketatnya. Hal tersebut memicu kepanikan, dan secara tiba-tiba harga emas langsung menukik pasca pemberitahuan Bank Sentral AS tersebut," tukasnya.
Pada dasarnya, kata Guawan, Bank Sentral AS jauh hari sudah diprediksikan akan melakukan kebijakan moneter ketatnya, seperti tapering dan menaikkan suku bunga acuan. Hanya saja, kebijakan tersebut justru sebelumnya ditafsirkan tidak akan seagresif saat ini. Seperti pernyataan The FED terakhir atau tepatnya kemarin pada hari rabu malam waktu AS.
"Di saat kebijakan moneter ketat diambil, memang akan membuat US Dolar lebih diminati ketimbang aset lainnya. Nah emas itu kerap menjadi lawannya US Dolar. Karena pelaku pasar global kerap menjadikan dua instrument ini sebagai instrument utama dalam berinvestasi. Yakni berinvestasi dalam mata uang US Dolar atau emas, sehingga harga keduanya kerap berlawanan," pungkasnya.
Gunawan menyatakan, para ibu rumah tangga yang gemar mengkoleksi emas, sebaiknya berhati-hati lagi. Karena rencana kenaikan bunga acuan itu akan lebih sering dilakukan di tahun ini dan akan berlanjut lagi di tahun depan. Potensi tekanan terhadap harga emas pada dasarnya sangat terbuka. Hanya saja gelombang covid 19 yang tak terkendali kerap mendorong pelemahan mata uang US Dolar.
Hal inilah yang membuat emas belakangan ini susah untuk turun. Karena inflasi di AS tengah naik, maka kebijakan moneter ketat oleh The FED sebenarnya menjadi satu hal yang pasti. Sementara pandemic covid 19 ini masih abu-abu trennya ke depan. Apakah akan terkendali dan mampu dijinakkan sehingga berkontribusi positif bagi perekonomian dunia, atau justru memperparah kondisi ekonomi.
"Nah masih ada ketidakpastian. Akan tetapi sebaiknya investor atau para ibu rumah tangga yang gemar mengoleksi emas untuk berhati-hati. Terlebih yang menggantungkan pemenuhan kebutuhan uang dengan banyak mengandalkan simpanan emas," tandasnya. (TYO)