Analis Senior Pasar di Barchart.com, Darin Newsom, mengatakan bahwa di tengah ketidakpastian dan gejolak geopolitik yang begitu besar, pergerakan harga emas bisa diibaratkan lempar koin. Namun, di tengah riuhnya kondisi tersebut, ia tetap bersikap bullish terhadap logam kuning ini.
Sayangnya bagi banyak investor, minimnya data ekonomi utama dari AS telah menghilangkan potensi pemicu baru bagi pasar. Penutupan (shutdown) sebagian pemerintahan AS yang telah berlangsung 38 hari menjadi yang terpanjang dalam sejarah.
Presiden dan COO Asset Strategies International, Rich Checkan, mengatakan, ia memilih untuk melihat melampaui pelemahan jangka pendek selama pemerintah AS masih tutup.
Dalam survei Kitco News terbaru, terdapat 21 analis Wall Street yang berpartisipasi. Sebanyak 13 analis, atau 59 persen, bersikap netral terhadap emas dalam waktu dekat. Sementara itu, tujuh analis, atau 32 persen, bersikap bullish untuk pekan ini, dan dua analis, atau 9 persen, memperkirakan harga bergerak lebih rendah.
Di sisi lain, jajak pendapat daring yang melibatkan 221 responden menunjukkan bahwa 123 orang, atau 55,7 persen, memperkirakan harga emas naik pekan ini.