IDXChannel - Nilai tukar (kurs) rupiah pada perdagangan hari ini ditutup menguat 24 poin atau 0,15 persen ke level Rp16.428 per USD setelah sebelumnya terjadi depresiasi. Hal ini juga sejalan dengan sentimen global dan domestik.
Pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, penguatan rupiah salah satunya dari faktor Data CPI AS terbaca lebih dingin dari yang diharapkan untuk Februari.
“Namun, pembacaan yang lebih rendah terutama didorong oleh penurunan beberapa item yang mudah berubah, dengan hasil yang masih menunjukkan bahwa inflasi tetap kuat. Pembacaan CPI juga tidak mencerminkan dampak tarif Presiden AS Donald Trump terhadap inflasi,” ujar Ibrahim dalam risetnya, Kamis (13/3/2025).
Namun, Ibrahim mengingatkan, meskipun pergerakan pasar optimistis, kekhawatiran mendasar seperti ketegangan perdagangan dan ketidakpastian ekonomi global tetap ada, yang menunjukkan bahwa volatilitas pasar dapat terus berlanjut dalam waktu dekat.
Saat ini pasar tertuju pada data indeks harga produsen untuk Februari, yang akan dirilis pada hari Kamis, untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut tentang inflasi AS. Inflasi yang lebih rendah memberi Federal Reserve lebih banyak ruang untuk memangkas suku bunga lebih lanjut, dengan bank tersebut akan bertemu minggu depan.
Sementara dari sentimen dalam negeri, kata Ibrahim, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN Februari 2025 mencatatkan defisit Rp31,2 triliun. Angka itu setara 0,13 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan melebar dari posisi bulan sebelumnya atau Januari 2025, yaitu Rp23,5 triliun atau 0,10 persen terhadap PDB.
Sedangkan pendapatan negara sepanjang Januari-Februari 2025 mencapai Rp316,9 triliun atau setara 10,5 persen dari target penerimaan. Penerimaan itu turun 20,8 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp400,4 triliun.
Sementara itu, realisasi belanja negara pada Januari-Februari 2025 tercatat senilai Rp348,1 triliun atau 9,6 persen dari alokasi pemerintah. Realisasi belanja tercatat turun 6,9 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp374,3 triliun.
"Berdasarkan data di atas, mata uang rupiah untuk perdagangan selanjutnya diprediksi bergerak fluktuatif dan ditutup melemah di rentang Rp16.420-Rp16.460 per dolar AS," ujar dia.
(Dhera Arizona)