sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Rupiah Ditutup Perkasa Rp16.200 per USD, Ini Pendorongnya

Market news editor Anggie Ariesta
02/08/2024 15:43 WIB
Kurs Rupiah hari ini (2/8) ditutup menguat 37 poin atau 0,23 persen ke level Rp16.200 per USD.
Rupiah Ditutup Perkasa Rp16.200 per USD, Ini Pendorongnya (foto mnc media)
Rupiah Ditutup Perkasa Rp16.200 per USD, Ini Pendorongnya (foto mnc media)

IDXChannel - Kurs Rupiah hari ini (2/8) ditutup menguat 37 poin atau 0,23 persen ke level Rp16.200 per USD. Berdasarkan data Bloomberg, Rupiah sempat dibuka pada level Rp16.271 per USD.

Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, USD dipengaruhi oleh indeks manajer pembelian AS yang lemah dan data pasar tenaga kerja, sehingga meningkatkan kekhawatiran atas perlambatan ekonomi terbesar di dunia dan bahwa pemotongan suku bunga pada September oleh Federal Reserve berpotensi terlambat bagi ekonomi untuk mencapai soft landing.

"Data yang lemah juga muncul setelah Federal Reserve menandai potensi penurunan suku bunga pada September, yang membuat pasar hampir sepenuhnya memperkirakan 25 basis poin pada bulan tersebut," tulis Ibrahim dalam risetnya, Jumat (2/8).

Menurut Ibrahim, fokus pelaku pasar saat ini tertuju pada data penggajian non pertanian yang akan datang untuk isyarat lebih lanjut tentang ekonomi AS. Pasar tenaga kerja yang mendingin semakin mendorong prospek penurunan suku bunga oleh Fed.

Selain itu, pasar juga berhati-hati mencermati perkembangan di Timur Tengah, di mana pembunuhan para pemimpin senior kelompok militan yang berpihak pada Iran, Hamas, dan Hizbullah memicu kekhawatiran bahwa kawasan itu bisa berada di ambang perang habis-habisan, yang mengancam akan mengganggu pasokan minyak mentah dan jalur transportasi di Selat Hormutz.

Di sisi lain, Bank Sentral Jepang menaikkan suku bunga sebesar 15 basis poin dan berencana untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut tahun ini. Hal ini menunjukkan akhir yang jelas bagi kebijakan stimulatif yang mendorong pasar Jepang selama setahun terakhir. 

Lonjakan Yen karena permintaan safe haven dan BOJ yang hawkish juga membebani saham Jepang, terutama yang memiliki eksposur terhadap ekspor.

Dari sentimen domestik, lanjut Ibrahim, Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan, kondisi deflasi atau menurunnya harga barang-barang yang terjadi dalam tiga bulan berturut-turut tidak dapat disimpulkan sebagai penurunan daya beli masyarakat pada pertengahan tahun ini.

Deflasi pada Juli 2024 terjadi karena penurunan harga komoditas pangan, mulai dari bawang merah hingga daging ayam ras akibat pasokan yang cukup di pasar. Menurut hukum penawaran dan permintaan, ketika suplai melimpah dan permintaan tetap, harga akan turun.

Pada Juli 2024, terjadi deflasi bulanan sebesar 0,18 persen. Ini melanjutkan tren deflasi yang terjadi pada dua bulan sebelumnya, yaitu deflasi 0,08 persen pada Juni 2024 dan 0,03 persen pada Mei 2024. Komoditas utama penyumbang deflasi antara lain bawang merah (-0,11 persen), cabai merah (-0,09 persen), tomat (-0,07 persen), dan daging ayam ras (-0,04 persen).

Di saat yang sama, inflasi terjadi pada kelompok pendidikan sebesar 0,69 persen dengan andil 0,04 persen terhadap inflasi umum. Kelompok pendidikan akan terus menyumbang inflasi dalam dua bulan ke depan karena masih dalam masa Tahun Ajaran Baru.

Menurut komponennya, inflasi inti pada Juli 2024 tercatat sebesar 0,18 persen (month-to-month) dengan andil 0,12 persen. Komponen diatur pemerintah mengalami inflasi sebesar 0,11 persen dengan andil 0,02 persen. 

Sementara komponen bergejolak atau volatile food (VF) mengalami deflasi sebesar 1,92 persen dengan andil deflasi 0,32 persen.

"Berdasarkan data di atas, mata uang Rupiah untuk perdagangan berikutnya diprediksi bergerak fluktuatif, namun kembali ditutup menguat di rentang Rp16.160-Rp16.230 per USD," kata Gunawan. 

(Fiki Ariyanti)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement