Sementara itu, terkait perang Rusia-Ukraina, para pemimpin Uni Eropa mengecam mundurnya Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump setelah panggilan teleponnya selama dua jam dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Dari sentimen domestik, Kementerian Keuangan menyoroti risiko dari sejumlah program prioritas pemerintahan Prabowo Subianto pada 2026 yang berpotensi menambah beban APBN jika tidak dilaksanakan secara optimal. Hal tersebut tercantum dalam dokumen Kebijakan Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) 2026 yang menjadi acuan rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun depan.
Pemerintah telah mencanangkan berbagai program prioritas dalam jangka menengah yang bertujuan untuk penguatan kemandirian ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Namun, dokumen itu menunjukkan juga pengakuan pemerintah bahwa berbagai program prioritas memiliki risiko terhadap APBN, di antaranya potensi terhadap adanya potensi berkurangnya penerimaan negara atau tambahan beban bagi APBN.
Selain itu, Bank Indonesia (BI) baru saja memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ke level 5,50 persen pada Rapat Dewan Gubernur 20-21 Mei 2025.
"Berdasarkan analisis tersebut, mata uang rupiah diprediksi akan bergerak fluktuatif pada perdagangan selanjutnya dan berpotensi ditutup menguat dalam rentang Rp16.340-Rp16.400 per USD," katanya.
(Dhera Arizona)