Bahkan, kediamannya sempat dijarah demonstran, memicu kekhawatiran dia akan mengundurkan diri. Isu tersebut sempat mendorong aksi jual saham dan obligasi domestik, sebelum akhirnya mereda setelah Sri Mulyani menepis rumor lewat pernyataan di akun Instagram pribadinya pekan lalu. Namun, pencopotannya secara mendadak pada Senin malam justru semakin mengejutkan pasar.
Sri Mulyani merupakan simbol stabilitas dan kepastian bagi investor domestik. Beliau merupakan jangkar sentimen investor berkat pengalaman dan rekam jejaknya, berbagai krisis mulai dari anjloknya rupiah pada 2018 hingga pandemi Covid-19, selalu tampil sebagai figur yang menenangkan pasar.
Oleh karena itu, kepergiannya kali ini dinilai berpotensi mengguncang kredibilitas kebijakan fiskal Indonesia.
Pasar langsung bereaksi negatif terhadap reshuffle tersebut, terbukti arus keluar modal asing atau capital outflow dari saham mencapai USD254 juta hanya dalam empat hari pertama September, dengan obligasi mencatat penjualan lebih besar.
Berdasarkan seluruh analisis tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah akan bergerak fluktuatif dan berpotensi ditutup melemah dalam rentang Rp16.480-Rp16.540 per dolar AS pada perdagangan selanjutnya.
(Febrina Ratna Iskana)