Dari sentimen internal, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia tercatat sebesar 53,9 pada bulan Agustus 2023. Angka itu tersebut tercatat sebagai rekor tertinggi dalam dua tahun terakhir.
“Kenaikan PMI mengindikasikan sentimen positif menggeliatnya sektor manufaktur nasional. Peningkatan PMI pada kuartal ini banyak di sumbangsih oleh kenaikan pada komponen volume produksi 55.16, volume total pesanan 54.37, dan volume persediaan barang jadi 53.10,” ungkap Ibrahim.
Meskipun nilai PMI menunjukkan peningkatan, namun ada dua komponen PMI yang masih bergerak lamban dan menunjukkan pada posisi kontraksi (kurang 50). Dua komponen itu adalah Penerimaan barang pesanan input 49,21 dan Total jumlah karyawan 48,02.
Dua komponen itu disebabkan sistem logistik global yang belum sepenuhnya pulih, kecenderungan negara-negara penghasil bahan baku untuk menahan ekspor karena mengantisipasi gangguan iklim ekstrem, serta indikasi sistem logistik nasional yang belum efisien. Selain itu, adanya kehati-hatian di dunia usaha dalam merekrut pekerja untuk membuat komitmen jangka panjang.
Menurut peneliti itu, perlu adanya sikap dan komunikasi publik yang baik terkait kebijakan ketenagakerjaan serta keberlanjutan pembangunan pasca pemilu. Data PMI juga menunjukkan adanya kecepatan ekspansi atau pertumbuhan antar subsektor.
Pada Kuartal II lalu, subsektor dengan PMI tertinggi yakni industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki. Meskipun demikian, persaingan yang ketat dengan produk impor, serta sulitnya bahan baku, dan akses pasar ekspor berpotensi menurunkan ekspansi industri ini pada kuartal III.
Berdasarkan sentimen di atas, mata uang rupiah untuk perdagangan besok diprediksi bergerak fluktuatif dan kemudian cenderung ditutup melemah lagi di rentang Rp15.370 - Rp15.430.
(FRI)