IDXChannel - Nilai rupiah mengalami penguatan terhadap Dolar Amerika Serikat, Jumat (12/11/2021). Menilik pasar spot Bloomberg hingga pukul 09.31 WIB, mata uang Garuda naik 21 poin atau 0,14 persen di harga Rp14.257 per 1 Dolar AS.
Selain Rupiah, sejumlah mata uang di Asia bergerak variatif terhadap Dolar AS pada pagi ini di tengah meningkatnya greenback di level USD95,25. Won Korea Selatan memimpin penguatan sebesar 0,43 persen, disusul Baht Thailand melesat 0,32 persen.
Selanjutnya Dolar Hong Kong naik stabil 0,00 persen, dan Dolar Taiwan menanjak 0,02 persen. Penurunan terdalam dirasakan oleh Yen Jepang senilai -0,16 persen, disusul Yuan China 0,10 persen.
Ringgit Malaysia turun 0,06 persen, Dolar Singapura terpuruk 0,09 persen, dan Peso Filipina tertekan 0,05 persen.
Penguatan Dolar AS di Asia sebagian besar didorong oleh sentimen pembacaan inflasi AS yang menyentuh rekornya dalam satu generasi dan menghadirkan asumsi terhadap kenaikan suku bunga.
Data AS yang dirilis pada hari Rabu (10/11) menunjukkan bahwa indeks harga konsumen (CPI) tumbuh 6,2% tahun-ke-tahun dan 0,9% bulan-ke-bulan di Oktober, sedangkan CPI inti naik 4,6% tahun-ke-tahun dan 0,6% bulan-bulan. pada bulan.
Data dari hari Selasa (9/10) menunjukkan bahwa indeks harga produsen tumbuh 0,6% bulan ke bulan dan 8,6% tahun ke tahun. PPI inti tumbuh 0,4% bulan ke bulan. Data inflasi menunjukkan bahwa inflasi dapat tetap tinggi hingga tahun 2022, karena kemacetan tetap ada dalam rantai pasokan.
Presiden Bank Federal Reserve San Francisco Mary Daly mengatakan pada hari Rabu bahwa dia memperkirakan inflasi tinggi menjadi moderat setelah COVID-19 surut dan mengatakan akan "sangat prematur" untuk menaikkan suku bunga dan mempercepat pengurangan aset Fed.
Di pasar kerja AS, jumlah klaim pengangguran awal turun menjadi 267.000 selama seminggu terakhir, level terendah sejak pertengahan Maret 2022. Perkiraan yang disiapkan oleh para analis memperkirakan 265.000 klaim, sementara 270.000 klaim diajukan selama minggu sebelumnya. (TYO)