DXY sebelumnya sudah sembilan hari beruntun ditutup hijau dan menjadi penekan rupiah sejak awal bulan akibat penambahan jumlah pekerjaan AS yang lebih banyak dari ekspektasi dan penurunan tingkat pengangguran di sana.
Adapun pelemahan rupiah juga berasal dari efek perang Timur Tengah yang memanas sempat membuat harga minyak mendidih lebih dari 10 persen hanya dalam sepekan. Hal ini membuat pasar khawatir akan impor BBM lebih banyak yang bisa membuat rupiah tertekan.
Namun, pemerintah Indonesia masih mencatat cadangan devisa yang cukup pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Posisi cadangan devisa Indonesia tercatat pada akhir September 2024 tetap tinggi sebesar USD149,9 miliar, relatif stabil dibandingkan posisi pada akhir Agustus 2024 sebesar USD150,2 miliar.
Sebelumnya, Bank Indonesia sudah menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai rupiah dalam sepekan.
Adapun BI mencatat, aliran modal asing keluar bersih di pasar keuangan domestik mencapai Rp2,84 triliun selama periode transaksi 7-10 Oktober 2024.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso mengatakan, nilai tersebut terdiri dari aliran modal asing keluar bersih di pasar saham Rp4,47 triliun, dan di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) Rp2,73 triliun, sedangkan modal asing masuk bersih di pasar Surat Berharga Negara (SBN) Rp4,37 triliun.