IDXChannel - Nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat (14/6) seiring rencana presiden terpilih Prabowo Subianto yang akan meningkatkan rasio utang, salah satunya demi mendanai program makan siang gratis.
Rupiah melemah 0,65 persen di level Rp16.369 per dolar AS (USD) pada pukul 10.32 WIB. Ini menjadi kinerja rupiah terlemah sejak pertengahan April 2020.
Pada penutupan sebelumnya, rupiah menguat Rp16.264 per USD pada perdagangan Kamis (13/6).
Rupiah pada penutupan perdagangan pekan lalu berada di level Rp16.189 per USD pada 7 Juni 2024.
Berdasarkan data Trading View, dalam sebulan rupiah sudah melemah 1,87 persen dan secara mingguan sudah turun 0,95 persen. Pelemahan rupiah secara year to date (YTD) tercatat sebesar 6,23 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)
Selain soal ketidakpastian fiskal ke depan, indeks dolar (DXY) juga kembali menguat 0,05 persen pada Jumat usai meningkat 0,53 persen pada Kamis ke level 105,29, yang pada gilirannya turut menekan rupiah.
Indeks dolar diperkirakan akan naik untuk pekan kedua berturut-turut, didukung oleh kekhawatiran bahwa bank sentral Amerika Serikat (AS)Federal Reserve (The Fed) dapat mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama.
Awal pekan ini, The Fed mempertahankan suku bunga kebijakannya tidak berubah seperti yang diperkirakan secara luas, tetapi mengisyaratkan hanya satu kali penurunan suku bunga di 2024 dibandingkan dengan tiga kali penurunan yang diproyeksikan pada pertemuan Maret lalu.
Keputusan tersebut diambil bahkan setelah data inflasi konsumen AS lebih lemah dari perkiraan pada Mei, diikuti oleh penurunan harga produsen AS yang mengejutkan pasar.
Selain itu, klaim pengangguran awal mingguan terbaru secara tak terduga naik ke level tertinggi dalam sepuluh bulan.
Sebelumnya, melansir dari Bloomberg, Jumat (14/6), menurut sumber yang mengetahui masalah ini, Prabowo berencana mendanai janji kampanyenya, termasuk makan siang gratis dengan terus meningkatkan rasio utang ke level tertinggi dalam dua dekade.
Bloomberg mengatakan, putra ekonom terkemuka, mendiang Soemitro Djojohadikoesoemo, ini akan meningkatkan rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 2 poin persentase setiap tahun selama lima tahun ke depan.
Peningkatan bertahap akan memberikan ruang bagi tim ekonominya untuk menyesuaikan diri terhadap hambatan jika dibandingkan dengan menambah utang sekaligus.
Rasio Utang Dipertaruhkan
Hal ini akan membuat utang negara mendekati 50 persen dari PDB pada akhir masa jabatan dalam lima tahun dari sekitar 39 persen pada 2024. Kondisi ini berpotensi mencapai tingkat share tertinggi sejak 2004.
Walaupun Prabowo sebelumnya telah membicarakan kemungkinan meningkatnya utang negara selama masa kampanye, komitmennya untuk melakukan hal tersebut dan rincian bagaimana hal itu akan dilakukan sebelumnya tidak diketahui.
Langkah ini akan menandai perubahan penting bagi negara dengan Indonesia sebagai perekonomian terbesar di Asia Tenggara.
Mengingat, Indonesia selama ini mengandalkan kebijakan fiskal konservatif untuk menjaga kepercayaan investor.