Ibrahim menjelaskan, dolar menjulang di atas mata uang utama karena imbal hasil Treasury AS 10-tahun naik menjadi 4,154%, level tertinggi sejak pertengahan 2008, sementara pasar tetap waspada terhadap tanda-tanda intervensi Bank of Japan.
"Bulan lalu, Jepang melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk membeli yen untuk pertama kalinya sejak 1998, dalam upaya untuk menopang mata uang yang babak belur," kata Ibrahim.
Ia menambahkan, faktor dolar menguat lantaran semalam pejabat Fed melanjutkan retorika hawkish mereka, karena Presiden Federal Reserve Bank of Minneapolis Neel Kashkari mengatakan bahwa permintaan pasar kerja AS tetap kuat dan tekanan inflasi yang mendasari belum mencapai puncaknya.
Meski begitu, Ibrahim menyebut pemerintah dan Bank Indonesia tidak perlu panik dalam menyikapi pelemahan mata uang rupiah ini. Dia pun memprediksi, untuk perdagangan besok, Jumat (21/10) mata uang rupiah dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 15.550 - Rp 15.600.
(FRI)