Di Asia, sambung Ibrahim, data produksi industri tumbuh lebih dari yang diperkirakan pada April. Namun data lain menunjukkan, pertumbuhan penjualan ritel melambat tajam, sementara penurunan harga rumah di China meningkat pesat pada bulan lalu.
Investasi aset tetap China juga tumbuh kurang dari perkiraan pada April, sementara pengangguran turun dari level tertinggi dalam tujuh bulan, namun masih relatif tinggi. Data tersebut menyajikan prospek yang beragam bagi negara dengan ekonomi terbesar di Asia.
Hal ini juga terjadi setelah AS memberlakukan tarif yang lebih tinggi terhadap industri-industri utama China, sehingga memicu kekhawatiran akan kembali terjadinya perang dagang antara Beijing dan Washington.
Dari sentimen domestik, Ibrahim menambahkan, ekspor RI terus dalam tren melambat dalam beberapa tahun terakhir. Di April 2024 turun 12,97% secara bulanan ke USD19,62 miliar.