"Perlambatan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk penurunan pertumbuhan ekonomi di negara-negara mitra dagang dan penurunan harga komoditas," jelasnya.
Menurutnya, dalam menghadapi tantangan tersebut, pemerintah perlu mencari mitra bisnis baru, terutama di Asia, khususnya Asia Tenggara dan Timur Tengah.
Wilayah ini masih memiliki prospek pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan negara maju seperti Eropa, Amerika Serikat, dan China.
"Selain itu, potensi sektor pertanian dan produk turunannya sebagai peluang untuk dikembangkan lebih lanjut dalam upaya meningkatkan ekspor. Jadi, penting bagi Indonesia untuk menjelajahi pasar baru dan memanfaatkan potensi sektor-sektor yang memiliki prospek cerah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," saran Ibrahim.
Berdasarkan data di atas, Ibrahim memproyeksikan, mata uang rupiah untuk perdagangan pekan depan bergerak fluktuatif, namun kembali ditutup menguat di rentang Rp15.900-Rp15.990 per USD.
(FAY)