IDXChannel – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kerap bergerak anomali dibandingkan dengan mata uang di Asia lainnya. Hal itu dipengaruhi oleh dinamika Pemilihan Presiden (Pilpres) AS setelah Joe Biden mundur dari pencapresan.
Analis Pasar Keuangan, Gunawan Benjamin, mengatakan setelah Joe Biden menyatakan mundur, pasar berspekulasi seakan Donald Trump memiliki kesempatan untuk menang. Meskipun sebenarnya survei menunjukkan dua capres saat ini, yakni Kamala Harris dan Donald Trump sama-sama bersaing ketat dalam perolehan suara.
"Di mana kebijakan Trump kala menjabat sebagai Presiden AS membuat dolar AS dalam tren menguat terhadap mata uang lainnya termasuk rupiah. Namun, saya menilai bahwa Bank Sentral AS pada saat ini lebih memegang peranan dalam pergerakan mata uang dunia. Rencana pemangkasan suku bunga acuan tetap akan menjadi katalis positif bagi Rupiah nantinya," kata Gunawan, Jumat (26/7/2024).
Mata uang rupiah pada akhir pekan ini kembali ditutup melemah di level 16.285 per dolar AS. Kinerja mata uang rupiah yang melemah masih lebih baik kinerjanya dibandingkan dengan pelemahan mata uang yuan China pada hari ini.
"Meski demikian, pelemahan rupiah pada akhir pekan tidak menimbulkan tekanan serius pada kinerja IHSG," kata Gunawan.
IHSG yang pada perdagangan sebelumnya mengalami tekanan, pada perdagangan hari ini berbalik menguat. IHSG secara konsisten berada di zona hijau selama sesi perdagangan meskipun sebagian bursa di Asia yang berakhir di zona merah.