Kondisi likuiditas diperkirakan tetap menantang, tercermin dari pertumbuhan uang beredar (M2) yang stagnan di kisaran 5 persen, serta rasio kredit terhadap simpanan (LDR) yang tinggi, sekitar 91 persen.
Meski belanja pemerintah diperkirakan mendorong pemulihan kinerja perbankan pada semester kedua, secara keseluruhan pertumbuhan kredit sepanjang tahun ini dinilai akan tetap di bawah 10 persen.
Analis Nomura, Tushar Mohata, mencatat bahwa berdasarkan laporan keuangan bank per Mei year-to-date (YtD) 2025, permintaan kredit masih lemah. Selain itu, likuiditas masih ketat dan biaya kredit (credit cost) diproyeksikan tetap tinggi.
Sebagai konsekuensinya, Nomura memangkas proyeksi laba gabungan bank-bank yang masuk dalam cakupan risetnya sebesar 3 persen untuk 2025, 6 persen untuk 2026, dan 9 persen untuk 2027. Target harga saham untuk Bank Central Asia (BBCA), Bank Mandiri (BMRI), Bank Syariah Indonesia (BRIS), dan Bank Negara Indonesia (BBNI) juga direvisi turun.
Meski demikian, Nomura tetap mempertahankan rekomendasi buy untuk seluruh emiten perbankan besar tersebut, termasuk Bank Rakyat Indonesia (BBRI), yang target harganya tidak mengalami perubahan.