Kontrak berjangka (futures) nikel menguat 1,89 persen menjadi USD15.742 per ton pada Kamis (25/4). Selama sepekan, harga nikel naik 1,01 persen.
Pemerintahan Presiden AS sempat mengumumkan tarif agresif terhadap negara-negara mitra dagang utama demi menekan defisit perdagangannya. Kebijakan ini memicu aksi jual pada logam dasar. Namun, pasar kembali tenang setelah AS menunda sebagian besar tarif tersebut.
Sementara itu, mengutip Trading Economics, ekspektasi akan turunnya produksi dari Indonesia turut meredakan kekhawatiran pasar tambang soal kelebihan pasokan yang sejak awal tahun menekan harga jual.
Pemerintah Indonesia mempertimbangkan pemangkasan kuota produksi tambang hingga 120 juta ton tahun ini. Kebijakan larangan ekspor bijih nikel pada 2020 telah mendorong China membangun lebih dari 40 smelter di Indonesia, yang pada akhirnya mendongkrak kapasitas global.
Akibatnya, persediaan logam di London Metal Exchange (LME) tercatat naik 30 persen secara tahunan menjadi 200.000 ton. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.