sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Saham Empat Bank Besar Tertekan, Simak Penyebab dan Prospeknya

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
03/06/2025 09:58 WIB
Saham empat bank besar kembali tertekan pada Selasa (3/6/2025) pagi seiring laporan keuangan bulanan yang di bawah ekspektasi.
Saham Empat Bank Besar Tertekan, Simak Penyebab dan Prospeknya. (Foto: Freepik)
Saham Empat Bank Besar Tertekan, Simak Penyebab dan Prospeknya. (Foto: Freepik)

IDXChannel – Saham empat bank besar kembali tertekan pada Selasa (3/6/2025) pagi seiring laporan keuangan bulanan yang di bawah ekspektasi.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.46 WIB, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) melemah 0,55 persen, usai turun empat hari bursa sebelumnya. Pada Senin (2/6), BBCA ditutup merosot 3,19 persen.

Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) tergerus 0,71 persen. Pada Senin, saham bank pelat merah ini turun signifikan 5,62 persen.

Setali tiga uang, dua saham bank BUMN lainnya, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) masing-masing memerah 1,48 persen dan 1,37 persen.

Sentimen Kinerja Keuangan

Pengamat pasar modal Michael Yeoh menilai bahwa laporan keuangan (LK) bulanan perbankan Indonesia tengah menunjukkan tren yang kurang menggembirakan.

“LK bulanan perbankan kita mengalami kontraksi penurunan. Hal ini menjadi pemicu penurunan perbankan dan outflow asing,” ujar Michael, Selasa (3/6/2025).

Tak hanya itu, Michael juga menyoroti pelemahan data PMI sebagai cerminan kondisi ekonomi yang lebih luas. “Begitu juga dengan data PMI yang menunjukkan penurunan signifikan. Lemahnya data PMI berkaitan erat dengan ekonomi masyarakat,” tuturnya.

Meski demikian, Michael masih melihat adanya peluang bagi saham-saham perbankan besar seperti BBCA, BMRI, BBNI, dan BBRI. “Saat ini BBCA, BMRI, BBNI, serta BBRI berada dalam posisi support yang cukup kuat,” kata dia.

Lebih lanjut, Michael menambahkan bahwa area support technical tersebut berdekatan dengan gap up sebelum reli perbankan.

“Daerah-daerah ini juga berdekatan dengan gap up perbankan sebelum rally. Dengan adanya potensi continous pattern, saya melihat ini merupakan area yang berpotensi terjadi reversal,” imbuhnya.

Rapor Perbankan

BBRI membukukan laba bersih bank only sebesar Rp3,9 triliun pada April 2025, turun 3 persen secara tahunan (YoY) dan 13 persen secara bulanan (MoM). Akumulasi laba bersih bank only selama empat bulan pertama 2025 (4M25) turun 16 persen YoY menjadi Rp15 triliun, lebih rendah dari estimasi konsensus yang memprediksi penurunan hanya 2,8 persen YoY.

Lead Investment Analyst Stockbit Edi Chandren menulis, pada Senin (2/6), pertumbuhan kredit bank only BBRI masih rendah di level 4,2 persen YoY, jauh dari target pertumbuhan konsolidasi tahunan 7–9 persen YoY yang ditetapkan manajemen. Hal ini sebagian dipengaruhi oleh perombakan segmen mikro yang membuat laju penyaluran kredit mikro turun 3 persen YoY pada kuartal pertama 2025.

Ia menambahkan, Net Interest Income (NII) BBRI pada 4M25 juga stagnan, turun 1 persen YoY. Non–Interest Income naik 5 persen YoY, namun biaya operasional melonjak 21 persen YoY, sehingga Pre-provision Operating Profit (PPOP) turun 8 persen YoY.

Sementara, BMRI dan BBNI melaporkan penurunan laba bersih bank only pada April 2025, yang dipengaruhi oleh pergeseran musim Lebaran. Menurut Lead Investment Analyst Stockbit, Edi Chandren, laba bersih bank only BMRI turun 10 persen YoY dan 12 persen MoM, sementara BBNI turun 5 persen YoY dan 28 persen MoM. Selama empat bulan pertama 2025 (4M25), laba bersih bank only BMRI naik tipis 1 persen YoY, sementara BBNI stagnan.

Edi menilai kinerja BMRI sesuai ekspektasi konsensus yang memproyeksikan pertumbuhan laba bersih konsolidasi 1,5 persen YoY pada FY25F, sedangkan BBNI di bawah proyeksi konsensus yang memprediksi pertumbuhan 4 persen YoY.

Namun, tantangan likuiditas masih membayangi, sehingga menekan Net Interest Margin (NIM) keduanya. NIM BMRI turun menjadi 4,26 persen pada 4M25 dari 4,64 persen pada periode yang sama tahun lalu. Sementara NIM BBNI relatif stagnan di 3,69 persen.

Kemudian, BBCA mencatatkan laba bersih (bank only) sebesar Rp4,5 triliun pada April 2025, turun 8,2 persen YoY dan 33 persen MoM. Namun, secara kumulatif selama 4M25, laba bersih BBCA tumbuh 17 persen YoY menjadi Rp20,2 triliun. Jika dividen anak usaha dikecualikan, pertumbuhan laba bersih BBCA berada di 9,6 persen YoY, sedikit di atas proyeksi konsensus proyeksi untuk tahun buku 2025 (FY25F) yang sebesar 6,3 persen YoY.

Menurut Edi, pertumbuhan laba bersih BBCA selama 4M25 ditopang oleh penerimaan dividen anak usaha, kenaikan Net Interest Income berkat tingginya CASA Ratio, dan beban provisi yang melandai. Namun, Cost of Credit yang lebih tinggi dibandingkan guidance menjadi perhatian utama. Edi menilai kinerja BBCA pada periode ini sebagai performa yang “mixed”. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement