Namun, tantangan likuiditas masih membayangi, sehingga menekan Net Interest Margin (NIM) keduanya. NIM BMRI turun menjadi 4,26 persen pada 4M25 dari 4,64 persen pada periode yang sama tahun lalu. Sementara NIM BBNI relatif stagnan di 3,69 persen.
Kemudian, BBCA mencatatkan laba bersih (bank only) sebesar Rp4,5 triliun pada April 2025, turun 8,2 persen YoY dan 33 persen MoM. Namun, secara kumulatif selama 4M25, laba bersih BBCA tumbuh 17 persen YoY menjadi Rp20,2 triliun. Jika dividen anak usaha dikecualikan, pertumbuhan laba bersih BBCA berada di 9,6 persen YoY, sedikit di atas proyeksi konsensus proyeksi untuk tahun buku 2025 (FY25F) yang sebesar 6,3 persen YoY.
Menurut Edi, pertumbuhan laba bersih BBCA selama 4M25 ditopang oleh penerimaan dividen anak usaha, kenaikan Net Interest Income berkat tingginya CASA Ratio, dan beban provisi yang melandai. Namun, Cost of Credit yang lebih tinggi dibandingkan guidance menjadi perhatian utama. Edi menilai kinerja BBCA pada periode ini sebagai performa yang “mixed”. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.