Jika penurunan berlanjut hingga lebih dari 10 persen, perdagangan kembali dihentikan selama 30 menit. Sementara itu, jika IHSG terjun bebas hingga lebih dari 15 persen, trading suspend dapat diberlakukan hingga akhir sesi atau lebih dari satu sesi dengan persetujuan OJK.
Dalam tekanan jual masif ini, sebanyak 650 saham anjlok, hanya 73 saham yang naik, dan 234 saham stagnan. Saham-saham kapitalisasi besar (big cap) milik konglomerat menjadi salah satu faktor utama yang menyeret IHSG ke zona merah, selain perbankan utama.
Emiten data center milik Toto Sugiri dan Anthoni Salim, DCII, terkena auto rejection bawah (ARB) 20 persen. Saham milik Prajogo Pangestu juga berjatuhan, dengan TPIA terkena ARB 20 persen, BREN merosot 16,33 persen, PTRO anjlok 22,34 persen, BRPT terjun 23,23 persen, dan CUAN ARB 20 persen.
Saham properti milik Aguan dan Salim juga tak luput dari tekanan, dengan PANI turun 15,23 persen dan anak usahanya, CBDK, anjlok 16,14 persen.
Saham energi Grup Sinarmas, DSSA, ikut melemah 5,60 persen, sementara saham tambang raksasa milik Grup Salim, AMMN, terkoreksi 3,94 persen akibat aksi jual investor.