IDXChannel – Saham emiten milik Prajogo Pangestu rontok pada perdagangan Selasa (9/1/2024). Saham taipan tersebut sempat berpesta di paruh kedua 2023.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham PT Chandra Asri Pacific Tbk (sebelumnya PT Chandra Asri Petrochemical Tbk) atau TPIA ambles 9,57 persen ke Rp4.790 per saham. Nilai transaksi tercatat mencapai Rp112,9 miliar dan volume perdagangan 22,6 juta saham.
Pada Senin (8/1), saham TPIA juga merosot, yakni sebesar 7,86 persen.
Sebelumnya, TPIA secara resmi mengumumkan perubahan nama perusahaan menjadi PT Chandra Asri Pacific Tbk.
Langkah tersebut dilakukan setelah proses perubahan nama tersebut telah mengantongi izin dari Kementerian Hukum dan HAM (KemenkumHAM), pada Rabu (3/1/2024) lalu.
Sebelumnya, langkah perubahan nama juga telah memperoleh persetujuan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar perusahaan, pada Jumat (29/12/2023) lalu.
Perubahan nama dilakukan emiten milik taipan nasional, Prajogo Pangestu, tersebut seiring upaya perusahaan untuk bertransformasi bisnis dengan melakukan diversifikasi portofolio ke sektor-sektor di luar petrokimia, seperti bisnis kimia dan penyediaan infrastruktur.
Saham emiten geotermal PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) juga merosot tajam 6,30 persen ke Rp6.325 per saham. Dengan ini, dalam sepekan saham BREN turun 5 hari beruntun dengan persentase penutunan 17,43 persen dalam sepekan.
BREN sempat menjadi hot stock sejak manggung sejak 9 Oktober 2023.
BREN sempat menembus auto rejection atas (ARA) berjilid-jilid di awal listing, dan pernah sudah melonjak hingga 858 persen YtD.
BREN menjadi top gainers ketiga di 2023 di bawah CHIP.
Saham BREN-lah yang membuat saham-saham Prajogo lainnya turut reli selama paruh kedua 2023. Tak hanya itu, BREN sempat menduduki peringkat pertama emiten dengan kapitalisasi pasar (market cap) terbesar di bursa, pada perdagangan 8 Desember 2023.
Market cap BREN sempat menyentuh Rp1.090 triliun, menyalip emiten Grup Djarum PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang kala itu memiliki market cap Rp1.087 triliun.
Saham induk BREN PT Barito Pacific Tbk (BRPT) juga terjun ke bawah hingga minus 6,06 persen. Demikian pula saham emiten yang baru diakuisisi Prajogo PT Petrosea Tbk (PTRO) yang turun 6,79 persen.
Sementara, saham emiten batu bara Prajogo, PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN)—yang keluar menjadi jawara saham IPO di 2023—masih disuspensi oleh bursa sejak 19 Desember 2023.
Baru melantai (listing) di pada 8 Maret 2023, saham CUAN meroket 6.002,27 persen ke Rp13.425 per saham.
Tidak hanya sebagai saham IPO 2023 terbaik, CUAN juga merupakan top gainers di antara seluruh saham yang tercatat di bursa Tanah Air pada tahun ini.
Bahkan, menurut laporan Bloomberg News (28 November 2023), CUAN menjadi saham IPO dengan kinerja termoncer dunia, mengalahkan peers Indonesia lainnya PT Pelita Teknologi Global Tbk (CHIP), yang terbang 1.225,00 persen. CHIP melantai sejak 8 Februari 2023.
Informasi saja, CUAN listing di harga penawaran perdana (initial public offering/IPO) Rp220 per saham dan meraih dana segar Rp371 miliar. CUAN sendiri sedang disuspensi oleh bursa sejak 19 Desember 2023 seiring kenaikan harga yang signifikan.
Taipan Tercuan
Kenaikan fantastis CUAN, BREN, dan saham lainnya macam BRPT (76,16 persen YtD), TPIA (104,28 persen), hingga PTRO (21,25 persen), selama 2023 menempatkan nama Prajogo Pangestu ke angkasa.
Taipan yang juga dikenal sebagai pengusaha kayu di era Orde Baru tersebut menjadi orang terkaya di Indonesia selama 2023 versi Forbes, sekaligus taipan energi tercuan sepanjang tahun ini.
Pundi-pundi kekayaan Prajogo Pangestu mencapai USD54,4 miliar per 30 Desember 2023. Angka tersebut setara dengan Rp837,43 triliun (asumsi kurs Rp15.394 per USD).
Kekayaan Prajogo melonjak tajam selama 2023, apabila, misalnya, dibandingkan dengan tahun lalu yang ‘hanya’ USD5,6 miliar (Rp86,21 triliun).
Di tahun lalu, Prajogo mengalahkan harta kekayaan bos batu bara lainnya Low Tuck Kwong, pengendali PT Bayan Resources Tbk (BYAN), yang tercatat sebesar USD27,5 miliar. Dirinya juga berada di atas duo bos Grup Djarum sekaligus pemilik BCA, R. Budi Hartono (USD25,6 miliar) dan Michael Hartono (USD24,5 miliar).
Manuver ‘Papa’ Prajogo selama 2023
Beberapa manuver lini bisnis milik Prajogo juga terjadi selama setahun belakangan. Beberapa di antaranya yang mencuri perhatian pasar yaitu CUAN yang mengakuisisi emiten Happy Hapsoro PT Petrosea Tbk. (PTRO). Diketahui perusahaan investasi Hapsoro, PT Sentosa Bersama Mitra, memborong saham PTRO dari konglomerat Haji Robert alias Haji Romo.
Pada 18 Juli 2023, perusahaan milik Happy Hapsoro PT Sentosa Bersama Mitra melakukan pembelian saham PTRO sebanyak 206.816.559 (206,81 juta) saham atau setara 20,51 persen. Harga per saham Rp3.600 sehingga total transaksi mencapai Rp744,53 miliar.
Selanjutnya, Prajogo—yang kerap disapa ‘PP’ oleh para trader—melalui anak baru, BREN, mengakuisisi 5 pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB). BREN melalui anak usahanya, yakni PT Barito Wind Energy menggandeng ACEN Investment HK Limited untuk mengakuisisi 3 Pembangkit Listrik Tenaga Angin yaitu Sidrap 2, Sukabumi dan Lombok.
BREN juga mengakuisisi 100 persen saham PT UPC Sidrap Bayu Energy (Sidrap 1) yang terletak di Sidrap, Sulawesi Selatan. Ini merupakan pembangkit listrik tenaga angin pertama di Indonesia dan salah satu yang terbesar di negara ini dengan kapasitas 75 MW. Sebagai bagian dari langkah strategis ini, BREN juga mengakuisisi PT Operation and Maintenance Indonesia (OMI) sebagai perusahaan pendukung kegiatan operasional di Sidrap.
BREN juga aktif melakukan pengembangan usaha pembangkit listrik melalui anak usahanya, Star Energy. Dalam pengumuman resminya, BREN melakukan pengembangan proyek Salak Binary milik anak usaha Star Energy Group Holdings Pte Ltd (STAR). Proyek ini menargetkan commercial operation date (COD) akhir 2023 dengan penambahan kapasitas hingga 15 megawatt.
Di sisi lain, emiten petrokimia yang juga milik Prajogo, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) mengejutkan pasar dengan berita penjualan 30 persen anak usaha ke perusahaan Thailand. TPIA menjual 30 persen saham anak usahanya yaitu PT Chandra Daya Investasi (CDI). Dengan penjualan ini, TPIA mengantongi investasi USD194 juta dari perusahaan Thailand.
Pada Februari lalu, TPIA juga berhasil menyelesaikan pembelian 70 persen saham PT Krakatau Daya Listrik (KDL) dan 49 persen saham PT Krakatau Tirta Industri (KTI). Informasi saja, kedua perusahaan tersebut merupakan anak perusahaan dari PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS). Total nilai akuisisi untuk transaksi tersebut mencapai Rp3,24 triliun.
Tak berhenti di situ, TPIA juga melakukan akuisisi terhadap PT Krakatau Posco Energy sebanyak 45 persen melalui KDL. Selain itu, KDL akan melakukan investasi bersama sesuai dengan proporsi kepemilikannya untuk mendukung rencana ekspansi KPE dalam membangun pembangkit listrik baru berkapasitas 200 megawatt. Akusisi ini memakan nilai investasi hingga USD200 juta.
TPIA juga mengegolkan perjanjian jual beli lahan senilai Rp1,15 triliun yang dialokasikan untuk persiapan pembangunan pabrik melalui dua anak usaha PT Chandra Asri Alkali (CAA) dan PT Krakatau Daya Listrik (KDL) yang terletak di Kawasan Industri Krakatau, Cilegon, Banten. (ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.