sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Saham Tech AS Rontok, Saham Teknologi RI ‘Ketularan’ Juga?

Market news editor Aldo Fernando - Riset
14/06/2022 11:12 WIB
Indeks saham Amerika Serikat (AS) alias Wall Street, termasuk saham teknologi di Nasdaq, kembali anjlok di tengah sentimen soal kenaikan suku bunga oleh The Fed
Saham Tech AS Rontok, Saham Teknologi RI ‘Ketularan’ Juga? (Foto: MNC Media)
Saham Tech AS Rontok, Saham Teknologi RI ‘Ketularan’ Juga? (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Indeks saham Amerika Serikat (AS) alias Wall Street, termasuk saham teknologi di Nasdaq, kembali anjlok di tengah sentimen soal kenaikan suku bunga oleh The Fed. Bagaimana nasib saham teknologi di Indonesia?

Mengacu Reuters, pada Senin waktu AS (13/6), Wall Street ditutup ambles, di mana S&P 500 anjlok 3,88% dan dengan ini sudah turun lebih dari 20% di bawah rekor penutupan tertinggi tahun ini alias masuk pasar bearish.

Sementara, indeks Nasdaq yang sarat saham teknologi ditutup di zona merah hingga minus 4,68%. Nasdaq sendiri sebelumnya sudah nyemplung ke pasar bearish, dengan ambles 31,73% sejak awal tahun (ytd).

Sementara Dow Jones ditutup turun 2,79% pada Senin dan sudah melorot 16,59%.

Ketiga indeks saham utama AS tersebut memang cenderung melemah akhir-akhir ini. S&P, misalnya, sudah turun 8,74% sepekan, Dow Jones minus 7,24%, dan Nasdaq tergerus 10,02% dalam kurun seminggu.

Penurunan drastis Wall Street tahun ini terjadi setelah lonjakan luar biasa sejak tahun lalu dan di tengah aksi agresif The Fed untuk mendinginkan ekonomi yang sudah terlalu panas. Angka inflasi AS terus melaju tinggi menjadi alasan bank sentral AS tersebut melakukan pengetatan moneter dan penaikan suku bunga acuan.  

Teranyar, indeks harga konsumen AS per Mei menyentuh level tertinggi sejak 1981, naik 8,6% secara tahunan (yoy) dan 6% apabila mengeluarkan harga makanan dan energi.

Melihat data inflasi yang masih berada di level tertinggi tersebut, sebagaimana dijelaskan oleh Wall Street Journal Senin (13/6), pasar mulai bersiap apakah Jerome Powell cs akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin (bp) alias 0,75%, dari yang sebelumnya diantisipasi pasar sebesar 50 bp.

The Fed akan mengumumkan keputusan soal suku bunga pada Kamis (16/6) dini hari WIB.

Kenaikan suku bunga, yang kemudian diikuti naiknya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury), turut menekan saham-saham teknologi Wall Street.

Per Selasa (14/6), 09.57 WIB, yield Treasury AS dengan tenor 10 tahun merangkak naik 3,369%, tertinggi setidaknya sejak 2011.

Jika yield obligasi AS tinggi, investor bisa kehilangan return saat ini apabila mengoleksi saham-saham teknologi karena perusahaan tersebut baru bisa stabil mencetak laba di masa depan. Ini karena banyak saham teknologi AS saat ini masih belum menguntungkan.

Dengan kata lain, saham-saham teknologi dengan valuasi menjulang ke langit sangat rentan terhadap kenaikan suku bunga karena saham tersebut menakar valuasi saat ini dari prospek keuntungan perusahaan di masa depan.

Paling gres, pada Senin (13/6) waktu AS, saham-saham teknologi big cap AS rontok seiring hawa pasar yang negatif seiring aksi kerek bunga The Fed dikhawatirkan mengirim ekonomis AS ke arah resesi.

Saham Tesla anjlok 7,10%, Apple Inc. merosot 3,83%, Amazon.com Inc. ambles 5,45%. Kemudian, saham Microsoft Corp. turun 4,24%, Meta Platforms Inc (-6,44%), dan Alphabet (-4,29%).

Apakah tone negatif tersebut menyebar ke saham teknologi RI?

Secara umum, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhentak hingga minus 1,29% pada perdagangan Senin kemarin (13/6) di tengah memerahnya bursa Asia dan Wall Street. Mayoritas sektor memerah pada perdagangan Senin.

Sementara, pagi ini, IHSG berhasil rebound atau menguat kembali dengan naik 0,47% ke 7.028,75 (per 10.15 WIB). Hanya saja, investor asing malah melakukan aksi jual bersih (net sell) Rp191,57 miliar di pasar reguler.

Khusus saham tech, pagi ini indeks IDXTECHNO naik 0,46%, ditopang terutama oleh PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang naik 2,58%. Asal tahu saja, kapitalisasi pasar GOTO mencapai Rp471,38 triliun, di peringkat ketiga terbesar di bursa.

Melihat sentimen soal rontoknya saham teknologi di AS, bisa dikatakan, hype saham teknologi di RI saat ini memang tidak setinggi pada medio 2021, ketika saham data center DCII cs rajin diborong investor.

 Sejak awal tahun, kinerja IDXTECHNO anjlok 14,22%, yang paling parah di antara sektor lainnya di BEI.

Sebenarnya, penurunan IDXTECHNO tahun ini berbarengan dengan surutnya saham-saham teknologi AS setelah meroket sejak era pandemi Covid-19 2020.

Sebagaimana disinggung sedikit di atas, lonjakan saham tekno AS yang ditopang oleh rezim uang murah (suku bunga rendah, suntikan triliunan dolar AS a la The Fed ke ekonomi), menemukan titik nadirnya sejak awal pekan ini ketika angin kebijakan The Fed berubah.

Ini artinya, sementara saham teknologi AS dan IDXTECHNO tidak benar-benar serupa, salah satu sentimen utama yang membuat keduanya anjlok adalah soal aksi agresif The Fed.

Belum lagi, saham-saham teknologi baru, seperti Grab dan Sea (induk e-commerce Shopee) yang melantai di Wall Street masing-masing anjlok  66,34% dan 68,38% sejak awal tahun. Tentu, sentimen ini juga turut menekan saham-saham teknologi RI.

Selain soal sentimen The Fed, profitabilitas emiten teknologi RI yang belum stabil juga menjadi sentimen tambahan yang terus membayangi.

Di samping kemiripan dengan kasus saham teknologi The Fed di atas, tentu, tidak semua saham teknologi sama. Perbedaan kondisi makro antara AS dan RI dan fundamental masing-masing perusahaan teknologi akan menjadi pembeda antara nasib saham AS dan Tanah Air.

Singkatnya, sentimen eksternal seperti The Fed dan turunnya saham teknologi mungkin bisa mengganggu kinerja saham teknologi RI dalam jangka pendek. Namun, pada gilirannya, kinerja fundamental tiap emiten teknologi yang akan menopang performa saham perusahaannya di masa depan. (ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement