Apakah tone negatif tersebut menyebar ke saham teknologi RI?
Secara umum, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhentak hingga minus 1,29% pada perdagangan Senin kemarin (13/6) di tengah memerahnya bursa Asia dan Wall Street. Mayoritas sektor memerah pada perdagangan Senin.
Sementara, pagi ini, IHSG berhasil rebound atau menguat kembali dengan naik 0,47% ke 7.028,75 (per 10.15 WIB). Hanya saja, investor asing malah melakukan aksi jual bersih (net sell) Rp191,57 miliar di pasar reguler.
Khusus saham tech, pagi ini indeks IDXTECHNO naik 0,46%, ditopang terutama oleh PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang naik 2,58%. Asal tahu saja, kapitalisasi pasar GOTO mencapai Rp471,38 triliun, di peringkat ketiga terbesar di bursa.
Melihat sentimen soal rontoknya saham teknologi di AS, bisa dikatakan, hype saham teknologi di RI saat ini memang tidak setinggi pada medio 2021, ketika saham data center DCII cs rajin diborong investor.
Sejak awal tahun, kinerja IDXTECHNO anjlok 14,22%, yang paling parah di antara sektor lainnya di BEI.
Sebenarnya, penurunan IDXTECHNO tahun ini berbarengan dengan surutnya saham-saham teknologi AS setelah meroket sejak era pandemi Covid-19 2020.
Sebagaimana disinggung sedikit di atas, lonjakan saham tekno AS yang ditopang oleh rezim uang murah (suku bunga rendah, suntikan triliunan dolar AS a la The Fed ke ekonomi), menemukan titik nadirnya sejak awal pekan ini ketika angin kebijakan The Fed berubah.
Ini artinya, sementara saham teknologi AS dan IDXTECHNO tidak benar-benar serupa, salah satu sentimen utama yang membuat keduanya anjlok adalah soal aksi agresif The Fed.
Belum lagi, saham-saham teknologi baru, seperti Grab dan Sea (induk e-commerce Shopee) yang melantai di Wall Street masing-masing anjlok 66,34% dan 68,38% sejak awal tahun. Tentu, sentimen ini juga turut menekan saham-saham teknologi RI.
Selain soal sentimen The Fed, profitabilitas emiten teknologi RI yang belum stabil juga menjadi sentimen tambahan yang terus membayangi.
Di samping kemiripan dengan kasus saham teknologi The Fed di atas, tentu, tidak semua saham teknologi sama. Perbedaan kondisi makro antara AS dan RI dan fundamental masing-masing perusahaan teknologi akan menjadi pembeda antara nasib saham AS dan Tanah Air.
Singkatnya, sentimen eksternal seperti The Fed dan turunnya saham teknologi mungkin bisa mengganggu kinerja saham teknologi RI dalam jangka pendek. Namun, pada gilirannya, kinerja fundamental tiap emiten teknologi yang akan menopang performa saham perusahaannya di masa depan. (ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.