IDXChannel – Saham PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) atau Surge melonjak tajam dan mencetak rekor baru pada perdagangan Jumat (10/10/2025).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham WIFI naik 19,02 persen ke level Rp3.880 per unit hingga pukul 10.45 WIB. Di tengah sesi, saham ini bahkan sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa (all-time high/ATH) di Rp3.940 per unit.
Sebelumnya, pengamat pasar modal Michael Yeoh melihat prospek jangka panjang saham WIFI masih cukup menjanjikan.
Ia mengatakan, pada 3 Oktober 2025, “WIFI masih berpotensi untuk jangka panjang, melihat potensi tender lelang frekuensi serta potensi market share yang besar karena harga ISP yang rendah.”
Sementara, Sucor Sekuritas mulai mengulas saham WIFI dengan rekomendasi beli dan target harga Rp7.800 per saham dalam riset yang dirilis pada 3 Oktober 2025. Analis menilai WIFI memiliki dua katalis utama yang berpotensi mendorong kinerja, yakni akuisisi PT Link Net Tbk (LINK) dan peluang lelang frekuensi 1,4 GHz.
Kedua faktor tersebut dinilai sangat mungkin terealisasi dan berpotensi menjadikan WIFI sebagai pemain disruptif besar di industri telekomunikasi Indonesia, mirip dengan transformasi Jio Financial Services di India.
Perusahaan akan mengandalkan strategi harga kompetitif, efisiensi tanpa beban jaringan lama, ekosistem bisnis yang kuat, serta eksekusi dan branding yang solid.
WIFI kini bersaing dengan Grup Sinarmas untuk mengakuisisi LINK, yang memiliki jaringan FTTH kuat dan ekuitas merek First Media. LINK mencakup wilayah Jawa dan Bali dengan jangkauan lebih dari 2 juta rumah serta sekitar 850 ribu pelanggan ritel.
Sementara itu, alokasi frekuensi 1,4 GHz akan membuka peluang bagi WIFI untuk meluncurkan layanan fixed wireless berkecepatan tinggi dengan biaya pembangunan yang lebih rendah dan fleksibilitas ekspansi lebih besar.
Sucor Sekuritas memperkirakan laba WIFI akan tumbuh dengan CAGR 61 persen dalam lima tahun ke depan, bahkan dengan asumsi pencapaian hanya seperempat dari target pelanggan.
Pada semester I 2025, margin EBIT dan EBITDA perusahaan masing-masing mencapai 60 persen dan 75 persen, dan diproyeksikan meningkat seiring pertumbuhan basis pelanggan yang menurunkan biaya tetap per pengguna.
ROIC diperkirakan naik dari 5 persen pada 2025 menjadi 22 persen pada 2030—laju pertumbuhan yang jarang terlihat di industri telekomunikasi Indonesia yang telah jenuh.
WIFI saat ini menjadi satu-satunya penyedia internet yang menawarkan layanan 100 Mbps seharga Rp100 ribu, meski cakupan masih terbatas di sekitar rel kereta. Rencana akuisisi LINK serta kemitraan dengan OREX SAI (NTT Docomo dan NEC) diharapkan mempercepat ekspansi layanan fixed wireless broadband di kawasan perkotaan dengan target kecepatan 250 Mbps seharga Rp250 ribu.
Dengan potensi pertumbuhan pengguna dari sekitar 400 ribu saat ini menjadi 40 juta dalam lima tahun, Sucor menilai target harga tersebut tidak agresif. Saat ini, WIFI diperdagangkan pada rasio price-to earnings (PE) forward 12 bulan sebesar 55 kali. Jika valuasi ini bertahan hingga 2030, harga teoretis saham dapat mencapai Rp34.400 per saham, mencerminkan CAGR 65 persen dari harga saat ini.
Menurut pemberitaan media, Kamis (2/10) pekan lalu, entitas WIFI, PT Telemedia Komunikasi Pratama, lolos tahap evaluasi administrasi seleksi pita frekuensi 1,4 GHz untuk layanan broadband nirkabel (BWA) 2025.
Dari tujuh peserta awal, hanya tiga perusahaan yang memenuhi syarat, yakni Telemedia, Telkom (TLKM), dan PT Eka Mas Republik. Sementara Indosat (ISAT) dan XLsmart (EXCL) gugur karena dokumen tidak lengkap setelah resmi mundur dari seleksi.
Kabar lainnya, WIFI berinovasi dengan meluncurkan jaringan internet generasi terbaru WiFi 7. Teknologi ini mampu menghasilkan kecepatan 2 Gigabit Per Second (Gbps).
Peluncuran tersebut dilakukan Surge yang memiliki brand Starlite bersama Bali Internet dan Huawei Indonesia. Acara yang digelar di SMAN 15 Denpasar, Bali, Jumat (3/10/2025) lalu itu dihadiri oleh Gubernur Bali, I Wayan Koster hingga pemegang saham Surge seperti Fadel Muhammad dan Arwin Rasyid.
Bali dipilih sebagai lokasi pertama peluncuran teknologi WiFi 7 karena menjadi pusat pariwisata dan ekonomi kreatif. Selain itu, warga Bali juga relatif melek digital karena penetrasi internet sudah di atas 90 persen di samping rata-rata kecepatan internetnya yang mencapai 40 Mbps, hampir dua kali lipat dari rata-rata nasional. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.