Kontribusi utama pendapatan masih didominasi oleh segmen broiler (50 persen), yang justru mencatatkan penurunan 9,2 persen QoQ, disusul oleh ayam olahan (-1,9 persen QoQ) dan segmen lainnya (-7 persen QoQ).
Secara tahunan atau Year-on-Year (YoY), CPIN mencatat pertumbuhan pendapatan 3,2 persen, ditopang oleh peningkatan segmen broiler (8,2 persen), ayam olahan (7,1 persen), dan DOC (1,8 persen).
Namun, segmen lainnya terkontraksi tajam sebesar 27,9 persen YoY, sementara pakan ternak turun 4,8 persen YoY.
Ezar mencatat, kuartal IV secara musiman kerap menjadi periode terlemah bagi CPIN, dengan rata-rata pertumbuhan 12 tahun hanya 3 persen QoQ.
“Bahkan, dalam dua tahun terakhir, kinerja kuartal IV memburuk, seperti pada kuartal IV-2022 (-9 persen QoQ) dan kuartal IV-2023 (-11 persen QoQ)," ujarnya.
Namun demikian, NH Korindo memperkirakan kebangkitan pada kuartal IV-2024, dengan potensi pertumbuhan pendapatan hingga 9,92 persen QoQ menjadi Rp18,42 triliun.
Risiko HMPV hingga Program Makan Bergizi Gratis
Tak ada prospek tanpa risiko. Ketidakpastian terkait alokasi anggaran dan dampak finansial program pemerintah dinilai menjadi salah satu tantangan utama.
“Selain itu, ancaman pandemi berbasis virus baru seperti Human Metapneumovirus (HMPV) dan kemungkinan lonjakan kasus flu burung H5N1 dapat memengaruhi konsumsi ayam secara signifikan,” ujar Ezar.
Dari sisi keuangan, hingga September 2024, arus kas operasi CPIN tertekan hingga 17,22 persen YoY menjadi Rp2,07 triliun. Hal ini disebabkan oleh lonjakan pembayaran ke pemasok yang tumbuh 10,41 persen YoY.
Kegiatan investasi juga menurun 29,42 persen YoY, sementara aktivitas pembiayaan mencatat defisit akibat lonjakan pembayaran utang jangka pendek sebesar 83,33 persen YoY menjadi Rp5,23 triliun.
Target Saham CPIN
Ezar menilai, CPIN masih menjadi pilihan menarik bagi investor. Dia merekomendasikan BUY dengan target harga CPIN sebesar Rp5.550 per saham, setara dengan P/E 29,4x, di bawah rata-rata P/E 3 tahun sebesar 31,5x.
Target harga salah satu penghuni LQ45 ini dinilai menawarkan potensi kenaikan sebesar 15 persen dari harga saat ini.
Hingga Jumat (10/1), saham CPIN mengalami koreksi 0,21 persen ke Rp4.790 per saham.
Dengan landasan program pemerintah yang mendorong konsumsi ayam, serta harapan stabilitas pasar pada 2025, Ezar menilai, CPIN berpeluang memimpin kebangkitan industri perunggasan di tengah tantangan global.
“Risiko dari rekomendasi kami adalah ketidakpastian dalam anggaran rutin dan dampak keuangan dari Program MBG,” kata Ezar.
(Fiki Ariyanti)