sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Sambut Senja Industri Rokok, Terhimpit Cukai hingga Market Cap Anjlok

Market news editor Melati Kristina - Riset
08/08/2022 07:00 WIB
Emiten produsen rokok tengah menuju senja dalam beberapa tahun belakangan, salah satunya karena tercekik beban cukai rokok.
Sambut Senja Industri Rokok, Terhimpit Cukai hingga Market Cap Anjlok. (Foto: MNC Media)
Sambut Senja Industri Rokok, Terhimpit Cukai hingga Market Cap Anjlok. (Foto: MNC Media)

Tercekik Cukai Rokok, Laba Bersih Emiten Rokok Anjlok

Seiring dengan semakin redupnya pamor raksasa rokok sebagai saham termahal dan memiliki kapitalisasi pasar besar, kinerja keuangan emiten-emiten ini pada semester I-2022 juga merosot.

Pendapatan bersih GGRM di semester I-2022 hanya tumbuh 1,82 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Adapun pendapatan tersebut sebesar Rp61,67 triliun.

Berdasarkan laporan keuangannya, penjualan rokok di pasar domestik mendominasi pemasukan perseroan. Rinciannya, penjualan sigaret kretek mesin berkontribusi sebesar Rp56,51 triliun, sedangkan sigaret kretek tangan senilai Rp4,17 triliun terhadap pendapatan.

Adapun penjualan rokok klobot menyerap pemasukan sebesar Rp8,43 miliar, sedangkan kertas karton sebanyak Rp834,21 miliar, disusul pemasukan lain-lain Rp99,02 miliar.

Di samping pertumbuhan pendapatan bersih yang rendah pada semester I-2022, laba bersih GGRM ikut ambruk di angka minus 59,37 persen secara yoy. Meski merosot tajam, GGRM masih berhasil membukukan laba bersih hingga Rp956,14 miliar pada semester I tahun ini.

Merosotnya laba bersih perusahaan salah satunya disebabkan oleh tingginya beban pokok penjualan yang membengkak hingga Rp56,53 triliun atau naik 4,37% dari semester pertama tahun 2021.

Secara rinci, perseroan menanggung beban terbesar yang datang dari kenaikan pita cukai, PPN, dan pajak rokok mencapai Rp50,70 triliun, atau naik 10,68% dibandingkan semester pertama tahun lalu senilai Rp45,81 triliun.

Emiten rokok lainnya, yakni HMSP juga memiliki nasib yang sama dengan GGRM. Pada semester I-2022, laba bersihnya anjlok di minus 26,27 persen menjadi Rp3,05 triliun. Padahal, di periode sama tahun lalu, HMSP masih mampu membukukan laba bersih hingga Rp4,13 triliun.

Sama seperti GGRM, merosotnya laba bersih HMSP disebabkan oleh membengkaknya pengeluaran untuk cukai rokok. Adapun per semester I-2022, pita cukai HMSP mencapai Rp36,71 triliun. Ini berkontribusi sebesar 73,89 persen terhadap beban perusahaan. (Lihat tabel di bawah ini.)

Menyusul emiten rokok yang membukukan kinerja keuangan yang ambruk di semester I-2022, RMBA menjadi satu-satunya emiten dengan pendapatan bersih yang ambles di periode ini.

Menurut laporan keuangannya, pendapatan bersih RMBA merosot hingga minus 30,09 persen menjadi Rp3,39 triliun.

Turunnya pendapatan bersih emiten ini seiring merosotnya penjualan dari pihak ketiga hingga 31,22 persen dibanding semester I tahun lalu. Adapun pada semester I-2022 ini, penjualan dari pihak ketiga RMBA mencapai Rp2,20 triliun.

Kendati demikian, di periode ini RMBA mampu membalik rugi menjadi laba atawa turnaround. Pada semester I-2021, RMBA mengalami rugi mencapai Rp28,90 miliar. Kemudian, di periode ini, RMBA berhasil membukukan laba sebesar Rp16,01 miliar.

Meski kinerja mayoritas emiten rokok terpantau merosot, PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) masih mampu mencatatkan keuangan yang baik pada semester I-2022.

Sebagaimana dilansir dari laporan keuangannya, pendapatan bersih WIIM mampu tumbuh hingga 38,20 persen pada semester I-2022. Ini menjadi pertumbuhan pendapatan bersih yang tertinggi diantara emiten rokok lainnya.

Adapun pendapatan bersih WIIM di semester I tahun ini mencapai Rp1,63 triliun.

Meningkatnya pendapatan bersih WIIM ditopang oleh penjualan dari Sigaret Kretek Mesin yang mencapai Rp1,30 triliun. Pendapatan dari segmen ini berkontribusi sebesar 79,84 persen terhadap total pendapatan bersih WIIM.

Selain itu, beberapa segmen pendapatan juga mengalami peningkatan dibanding periode yang sama tahun lalu. Adapun segmen pendapatan yang meningkat yakni penjualan cerutu (Rp1,03 miliar) dan penjualan lainnya (Rp117,01 miliar).

Tak hanya mencatatkan pertumbuhan pendapatan bersih yang melesat, WIIM juga menjadi satu-satunya emiten rokok yang mengalami peningkatan laba bersih yang signifikan di periode ini.

Laba bersih WIIM di semester I-2022 tercatat terkerek hingga 30,33 persen menjadi Rp82,16 miliar. Padahal, di periode yang sama tahun lalu, laba bersih WIIM hanya sebesar Rp63,04 miliar.

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement