sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Sambut Senja Industri Rokok, Terhimpit Cukai hingga Market Cap Anjlok

Market news editor Melati Kristina - Riset
08/08/2022 07:00 WIB
Emiten produsen rokok tengah menuju senja dalam beberapa tahun belakangan, salah satunya karena tercekik beban cukai rokok.
Sambut Senja Industri Rokok, Terhimpit Cukai hingga Market Cap Anjlok. (Foto: MNC Media)
Sambut Senja Industri Rokok, Terhimpit Cukai hingga Market Cap Anjlok. (Foto: MNC Media)

Pernah Berjaya, Bagaimana Nasib Saham Emiten Rokok Kini?

Saham emiten rokok pernah mengalami kejayaannya. Semenjak melantai perdana di bursa pada 1990 silam, harga saham GGRM pernah mengalami tren menanjak hingga mencapai puncaknya di penutupan 4 Maret 2019.

Pada periode ini, saham GGRM menembus Rp94.400/saham. Tingginya harga saham GGRM kala itu mengantarkan emiten ini menjadi salah satu jajaran saham dengan harga termahal.

Sama seperti GGRM, saham HMSP juga pernah berjaya di angka Rp5.200/saham pada perdagangan 26 Januari 2018. Akan tetapi, saham emiten-emiten rokok kini mulai meredup di tengah tarif cukai rokok yang semakin melambung.

Berdasarkan data yang dirangkum Tim Riset IDX Channel, dilansir dari BEI per Kamis (4/8), kinerja saham kedua raksasa rokok Tanah Air ini anjlok memerah sepanjang tahun 2022.

GGRM mencatatkan kinerja saham terburuk yang terkontraksi hingga minus 16,09 persen. Sepanjang bulan ini, harga saham GGRM anjlok hingga minus 18,63 persen. Bahkan, BEI mencatat, saham GGRM memerah sebanyak 17 kali dalam sebulan terakhir.

Sementara raksasa rokok lainnya seperti HMSP juga mencatatkan kinerja saham yang ambruk di angka minus 4,66 persen secara year to date (YTD). Adapun saham emiten rokok ini juga memerah selama sebulan di angka minus 3,65 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)

Selain itu, saham RMBA juga terpantau datar atau stagnan berada di angka 0 persen sepanjang tahun 2022. Datarnya saham RMBA terjadi di tengah rencana perusahaan untuk sepakat mengubah usahanya menjadi go private dan melakukan penghapusan secara sukarela atawa voluntary delisting.

Sehubungan dengan rencana delisting tersebut, pihak bursa sendiri telah melakukan suspensi (penghentian perdagangan) saham RMBA sejak 6 Agustus 2021.

Kendati saham emiten rokok semakin meredup sepanjang tahun ini, WIIM menjadi satu-satunya emiten yang sahamnya masih mampu tumbuh secara YTD.

Adapun berdasarkan data BEI pada penutupan perdagangan Kamis (4/8), performa saham WIIM melesat hingga 21,05 persen sepanjang 2022. Melesatnya harga saham WIIM ditopang oleh kinerja keuangan yang membaik di semester I-2022.

Di tengah emiten rokok yang kinerja keuangannya ambruk, WIIM masih mampu mencatatkan pertumbuhan pendapatan bersih dan laba bersih masing-masing di angka 38,20 persen dan 30,33 persen. (ADF)

Periset: Melati Kristina

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2 3 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement