IDXChannel – Pertama kali sejak 1970, Wall Street berakhir lebih rendah pada perdagangan Kamis (30/6/2022) waktu setempat, dimana terlihat dari indeks yang melintasi garis akhir dari bulan dan kuartal yang suram dan ke paruh pertama terburuk S&P 500 dalam lebih dari setengah abad.
Mengutip Reuters, Dow Jones Industrial Average (.DJI) turun 253,88 poin, atau 0,82%, menjadi 30.775,43, S&P 500 (.SPX) kehilangan 33,45 poin, atau 0,88%, menjadi 3.785,38 dan Nasdaq Composite (.IXIC) turun 149,16 poin, atau 1,33%, menjadi 11.028,74.
Ketiga indeks saham utama AS menyelesaikan bulan ini dan kuartal kedua di wilayah negatif, dengan S&P 500 mencatat penurunan persentase paruh pertama tertajam sejak 1970.
Nasdaq mengalami penurunan persentase Januari-Juni terbesar yang pernah ada, sementara Dow Jones mengalami penurunan persentase paruh pertama terbesar sejak 1962.
Ketiga indeks mencatat penurunan kuartalan kedua berturut-turut. Terakhir kali yang terjadi adalah pada 2015 untuk S&P dan Dow, dan 2016 untuk Nasdaq.
Tahun ini dimulai dengan lonjakan kasus COVID-19 karena varian Omicron. Kemudian datang invasi Rusia ke Ukraina, inflasi tinggi selama beberapa dekade dan kenaikan suku bunga agresif dari Federal Reserve, yang telah memicu kekhawatiran kemungkinan resesi.
"Sepanjang tahun terjadi tarik ulur antara inflasi dan pertumbuhan yang melambat, menyeimbangkan pengetatan kondisi keuangan untuk mengatasi masalah inflasi tetapi berusaha menghindari kepanikan langsung," kata Paul Kim, kepala eksekutif di Simplify ETFs di New York.
"Saya pikir kita kemungkinan besar sudah dalam resesi dan saat ini satu-satunya pertanyaan adalah seberapa keras resesi itu? Saya pikir sangat tidak mungkin kita akan melihat soft landing," tambah Kim.
Delapan dari 11 sektor utama S&P berakhir turun, dengan sektor utilitas (.SPLRCU) memimpin kenaikan dan energi (.SPNY) mencatat penurunan persentase terbesar.
Namun untuk energi hanya sektor utama yang membukukan kenaikan tahun ini, dibantu oleh harga minyak mentah yang melonjak karena kekhawatiran pasokan karena konflik Rusia-Ukraina.