Sedangkan yang mempengaruhi inflasi adalah kenaikan harga beberapa komoditas di bawah kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Hal ini khususnya cabai merah, minyak goreng, dan daging ayam ras. Kemudian, kelompok lainnya yang menyumbang inflasi adalah transportasi, yakni mencapai 0,06 persen. Kelompok itu memberikan andil ke inflasi sebesar 0,51 persen. Ini disebabkan kenaikan tarif angkutan.
Berdasarkan komponennya, komponen bergejolak (volatile foods) inflasi 0,07 persen dengan andil 0,01 persen. Volatile foods, terdiri dari komponen energi dengan inflasi 0,1 persen dan andil 0,01 persen serta komponen bahan makanan 0,03 persen dan andil 0,01 persen.
Selain itu data PMI Manufaktur di Indonesia masih berada di fase ekspansif selama tiga bulan berturut-turut. Sektor manufaktur melanjutkan pemulihan seiring penurunan kasus Covid-19, terutama varian Delta. Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia berada di level 53,9 pada November 2021, jauh lebih rendah dibandingkan yang tercatat di bulan Oktober 2021 yakni 57,2.
Kendati melemah, PMI Indonesia di November masih memperpanjang tren level di atas 50, atau zona ekspansif, selama tiga bulan terakhir. Tahap ekspansif sektor manufaktur ditandai oleh angka PMI yang berada di atas 50.
Sebagai informasi, PMI Manufaktur Indonesia di bulan Oktober 2021 (57,2) adalah yang tertinggi dalam sejarah. Rekor terbaru sebelumnya adalah 55,3 pada bulan Mei 2021. (RAMA)