sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Siap Listing di Bursa, Tengok ‘Jeroan’ Keuangan Blibli

Market news editor Melati Kristina - Riset
18/10/2022 17:53 WIB
Blibli akan melakukan initial public offering (IPO). Kendati memiliki prospek menarik, bagaimana kinerja keuangan Blibli di semester I-2022?
Siap Listing di Bursa, Tengok ‘Jeroan’ Keuangan Blibli. (Foto: MNC Media)
Siap Listing di Bursa, Tengok ‘Jeroan’ Keuangan Blibli. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – PT Global Digital Niaga Tbk atau Blibli bakal melakukan initial public offering (IPO). Meski memiliki prospek yang menarik kedepannya, Blibli memiliki berbagai faktor risiko yang berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Menurut prospektus perusahaan, Blibli bakal melakukan penawaran awal (bookbuilding) 17 hingga 24 Oktober 2022. Sedangkan perusahaan ini akan melakukan pencatatan nama dengan kode saham ‘BELI’ pada 7 Nobember 2022 mendatang.

Sementara saham yang akan dilepas sebanyak-banyaknya 17,77 miliar saham dengan nominal Rp250/saham.

Selama masa bookbuilding, Blibli akan menawarkan sahamnya dengan harga penawaran Rp410-560/saham. Dengan demikian, dana segar yang bakal diraup Blibli setelah IPO mencapai Rp7,28 triliun hingga Rp8,17 triliun.

Sebagaimana disampaikan dalam prospektusnya, Blibli memiliki potensi menarik kedepannya seiring dengan kuatnya lini bisnis dan ekosistem perusaaan e-commerce ini.

Menurut Frost & Sullivan, Blibli.com memiliki Total Addressable Market (TAM) dari pelayanan e-commerce sebesar USD150 miliar di tahun 2025 dengan pertumbuhan CAGR yang diproyeksikan mencapai 19 persen di tahun tersebut.

Bila diakumulasikan, TAM gabungan Blibli melalui berbagai unit usaha tersebut mencapai USD225 miliar di tahun 2020. Selain itu, berdasarkan Frost & Sullivan dan Euromonitor, pertumbuhan CAGR di tahun 2025 mendatang diproyeksikan mencapai 11 persen menjadi USD436 miliar.

Selain itu, ekonomi digital Indonesia kedepannya juga diproyeksikan akan bertumbuh signifikan.

Melansir data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, nilai ekonomi digital Indonesia pada tahun 2025 diproyeksikan akan mencapai USD146 miliar dan menguasai 40 persen pangsa pasar ekonomi internet di Asia Tenggara.

Sedangkan e-commerce menjadi sektor penopang utama ekonomi digital di Tanah Air dimana pada tahun tahun 2025, nilai ekonomi digital dari sektor tersebut akan terus naik hingga USD104 miliar.

Jeroan Keuangan Blibli

Meski prospek bisnis Blibli kedepannya bakal menarik, di semester I-2022 Blibli masih menanggung rugi bersih walaupun memang, pendapatan bersihnya melesat secara signifikan.

Melansir dari prospektus perusahaan, pendapatan bersih yang diperoleh Blibli di semester I-2022 melonjak hingga 123,76 persen menjadi Rp6,71 triliun.

Melesatnya pendapatan Blibli ditopang dari berbagai segmen pendapatan. Adapun pendapatan dari toko fisik melambung secara signifikan yakni mencapai 4.755,34 persen secara year on year (yoy) di periode ini.

Rinciannya, pendapatan toko fisik di semester I-2022 mencapai Rp1,76 triliun atau melesat dari sebelumnya yakni Rp36,34 juta di semester I-2021.

Selain itu, pendapatan lainnya yang meningkat secara signifikan yaitu ritel online (72,05 persen) dan institusi (85,83 persen), yang masing-masing tumbuh menjadi Rp4,77 triliun dan Rp672,97 miliar di semester pertama tahun ini.

Kendati pendapatannya melonjak secara signifikan, Blibli masih menanggung rugi bersih di periode ini. Adapun rugi bersih yang dibukukan Blibli di semester I-2022 mencapai Rp2,48 triliun atau naik hingga 122,19 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

Sementara dari segmen beban perusahaan, Blibli mencatatkan kenaikan beban pokok pendapatan sebesar 121,74 persen menjadi Rp6,15 triliun.

Sedangkan beban penjualan perusahaan e-commerce ini juga meningkat hingga 97,43 persen menjadi Rp1,40 triliun.

‘Bakar Uang’ Masih Jadi Andalan

Dari seluruh segmen beban penjualan, beban dari iklan dan pemasaran naik secara signifikan hingga 119,22 persen menjadi Rp869,22 miliar di periode ini. Adapun iklan dan pemasaran berkontribusi hingga 61,99 persen terhadap beban penjualan Blibli.

Asal tahu saja, sejak tahun 2019 Blibli gencar menggelontorkan dana untuk iklan dan pemasaran dengan jumlah yang fantastis. Di tahun 2021, biaya dari segmen ini mencapai Rp1,17 triliun, bahkan pada tahun 2019 biaya tersebut mencapai Rp2,05 triliun.

Selain beban iklan dan pemasaran, beban saluran pembayaran juga meningkat hingga 64,16 persen menjadi Rp139,04 miliar.

Sementara beban umum dan administrasi dari Blibli juga meningkat hingga 61,66 persen menjadi Rp1,57 triliun di semester I-2022.

Dari segi ekuitas, Blibli mencatatkan penurunan ekuitas di periode ini. Adapun ekuitas yang dibukukan pada semester I-2022 mencapai Rp8,16 triliun atau merosot di minus 19,04 persen.

Di samping itu, liabilitas Blibli di periode meningkat hingga 4,79 persen. Di periode ini, liabilitas yang dibukukan oleh Blibli mencapai Rp8,70 triliun. Dari liabilitas tersebut, utang bank jangka pendek berkontribusi 58,27 persen terhadap total liabilitas.

Dana IPO buat Bayar Utang Rp5,5 T

Berdasarkan prospektus perusahaan, utang bank jangka pendek yang dicatatkan oleh Blibli di periode ini mencapai Rp5,07 triliun. Adapun jumlah utang tersebut meningkat dari periode yang sama tahun lalu sebesar 0,21 persen.

Sebagaimana disebutkan dalam prospektus Blibli, perolehan dana dari Penawaran Umum Saham Perdana diprioritaskan bagi keperluan pembayaran saldo utang fasilitas perbankan yang mencapai Rp5,5 triliun.

Rinciannya, jumlah utang yang akan dilunasi dengan dana hasil IPO sebesar Rp2,75 triliun kepada PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang merupakan pihak terafiliasi Blibli lantaran sesama Grup Djarum dan juga senilai Rp2,75 triliun kepada PT Bank BTPN Tbk (BTPN).

Fasilitas kredit dari BBCA akan jatuh tempo pada 29 Oktober 2023, sedangkan perjanjian kredit dengan BTPN pada 29 September 2023.

Sebagai informasi, pinjaman dari BCA digunakan untuk pembiayaan atas aktivitas operasional dan investasi Blibli. Sementara, kredit dari BBCA dimanfaatkan untuk “Kebutuhan korporasi Perseroan secara umum.”

Kekuatan Ekosistem Perusahaan

Berada di bawah naungan Grup Djarum, keterlibatan konglomerasi turut berpengaruh bagi kekuatan ekosistem perusahaan. Adapun grup ini memiliki hubungan asosiasi dengan tiga merek rokok terkemuka termasuk Djarum Super.

Selain itu, Blibli juga mempunyai organisasi nonprofit yang merupakan sponsor utama dalam olahraga badminton yakni Djarum Foundation.

Blibli juga terafiliasi dengan emiten perbankan terbesar di Indonesia yaitu PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar di Tanah Air.

Melansir prospektus perusahaan, kemitraan Blibli dengan BBCA untuk menunjang metode pembayaran, peluncuran kartu kredit dengan Blibli.com, hingga layanan bank digital oleh anak perusahaan yakni Blu.

Selain BBCA, Blibli juga terafiliasi dengan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) sebagai perusahaan yang memiliki afiliasi komunikasi dengan perusahaan.

TOWR merupakan menara telekomunikasi terbesar di Indonesia yang mengoperasikan lebih dari 28 ribu menara telekomunikasi di Indonesia melalui anak usahanya yaitu PT Profesional Telekomunikasi Indonesiadan PT Solusi Tunas Pratama Tbk.

Tak hanya itu, konglomerasi Grup Djarum juga mengakuisisi salah satu start up pemesanan tiket online di Tanah Air yaitu tiket.com di tahun 2017. Sementara sebanyak 99,99 persen saham tiket.com dikendalikan langsung oleh Blibli.

Selain mengakuisisi tiket.com, Blibli juga mengakuisisi perusahaan ritel untuk memperkuat ekspansi bisnis. Adapun perusahaan ritel tersebut adalah Ranch Market, yang sahamnya diakuisisi sebesar 51 persen pada 30 September 2021.

Menurut Bursa Efek Indonesia (BEI) per 30 September 2022, Blibli melalui PT Global Digital Niaga  menguasai 70,6 persen PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC) yang merupakan perusahaan yang menanungi Ranch Market.

Blibli juga memiliki afiliasi dengan perusahaan di bidang fintech, yakni Cermat Pte. Ltd. (Cermati) yang merupakan perusahaan teknologi keuangan terkemuka asal Singapura.

Perusahaan tersebut juga mengoperasikan kelompok usaha perusahaan fintech dengan layanan beragam dari financial marketplace, Buy Now Pay Later, dan asuransi. Dengan afiliasi di Cermati, perusahaan menyediakan asuransi serta produk PayLater untuk Blibli.com dan tiket.com.

Sejumlah Risiko

Kendati memiliki prospek yang menarik ke depannya, dalam prospektus Blibli turut disebutkan berbagai macam faktor risiko yang berdampak bagi kelangsungan perseroan.

Salah satu diantaranya yakni adanya riwayat rugi komprehensif yang mungkin tidak dapat meraih profitabilitas di masa depan.

Faktor risiko lainnya yakni skala usaha perseroan yang merupakan indikasi prospek pertumbuhan di masa depan hingga ketidakmampuan perseroan dalam berinovasi, mengembangkan teknologi, maupun gagal investasi di masa mendatang.

“Perseroan juga berpotensi untuk gagal dalam mengembangkan ekosistem omichannel perusahaan hingga bersinergi dengan grup perseroan di masa mendatang,” tulis prospektus tersebut.

Periset: Melati Kristina

(ADF)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement