"Kita melihat ini masih sesuai dengan estimasi awal dan sudah di sounding sebelumnya sejak bulan Februari, sehingga kita bisa melihat dampaknya mungkin over night dan semalam di bursa global mengalami penguatan yang cukup optimis sehingga kita bisa harapkan sesuatu yang sama juga akan menular ke regional maupun domestik," jelasnya.
Seperti diketahui bersama, pada 2013 yang lalu kebijakan tapering juga dikeluarkan oleh The Fed, di mana pada saat itu dampaknya kepada pasar saham cukup signifikan mengalami koreksi cukup dalam dan ini juga menjadi momok bagi para investor pada saat itu. Sementara di tahun ini direspon positif oleh pasar.
Menurut Robertus, pada 2013-2014 silam, tapering dilakukan tanpa adanya pengumuman sebelumnya, sehingga market mengalami tantrum atau disrupsi volatilitas yang naik cukup tinggi sehingga ini menandakan ketidaksiapan dari pasar itu sendiri.
Sementara pada tahun ini ia melihat bahwa komunikasi dari The Fed sudah jelas dan terukur, terbukti dari pengumuman yang dilakukan sebelum dilakukannya tapering.
"Kami melihat ada dua periode yang jauh berbeda dari pada sekarang. Karena pada 2013-2014 itu tapering dilakukan tanpa ada pengumuman sebelumnya sehingga disebutnya dengan tantrum. Pada saat itu market mengalami disrupsi volatilitas yang naik cukup tinggi. Sementara di 2021 ini mereka sudah sounding duluan sebelum dilakukannya tapering yang diimplementasikan secara nyata," urainya.