Salah satu efek yang paling terasa, menurut Michael, ada pada stabilitas nilai tukar. “Efek paling jelas adalah ketahanan dari currency rupiah terhadap dollar,” katanya.
Meski begitu, ia mengingatkan adanya potensi pasar sudah mengantisipasi sinyal tersebut.
“Ada potensi sudah terjadi priced in, karena market sudah mengantisipasi hal tersebut, terlihat dari IHSG yang menyentuh angka 8.000,” ujarnya. Karena itu, Michael menilai adanya koreksi wajar.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga istirahat sesi pertama Senin (25/8/2025), IHSG menguat 1,02 persen ke level 7.938,83.
Sebagai pengingat, Indeks acuan tersebut menembus level psikologis 8.000, tepatnya 8.017,07, untuk pertama kalinya pada perdagangan intraday 15 Agustus lalu.