IDXChannel - PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) merevisi proyeksi pendapatan 2025 menjadi flat setelah membukukan kinerja yang melemah sepanjang semester I-2025.
Sebelumnya, emiten telekomunikasi pelat merah ini menargetkan pertumbuhan di kisaran low single digit.
Revisi tersebut turut berdampak pada penurunan ekspektasi margin EBITDA dari target awal sebesar 50–52 persen menjadi 50 persen, hanya sedikit lebih tinggi dibandingkan realisasi margin EBITDA pada semester I-2025 yang tercatat 49,5 persen.
Untuk memenuhi target baru ini, Telkom perlu membukukan pendapatan sekitar Rp77 triliun pada paruh kedua 2025. Jumlah itu meningkat 5,4 persen dibandingkan semester I-2025 yang sebesar Rp73 triliun, dan naik 3 persen dari paruh kedua tahun sebelumnya yang mencapai Rp74,7 triliun.
Stockbit dalam risetnya, Rabu (6/8/2025), menilai target tersebut dapat tercapai lantaran terdapat beberapa katalis positif yang bisa menopang perbaikan kinerja TLKM ke depan.
"Kami menilai target ini dapat tercapai (achievable), mengingat terdapat beberapa katalis positif untuk kinerja TLKM ke depannya," tulis Stockbit.
Tren penurunan ARPU mulai reda
Salah satu sinyal pemulihan datang dari segmen mobile. Rata-rata pendapatan per pengguna (average revenue per user/ARPU) TLKM yang sempat menurun ke level Rp41.200 diperkirakan telah mencapai titik terendah.
Manajemen Telkom menilai, penurunan ARPU akan tertahan, seiring dengan langkah-langkah strategis seperti peluncuran paket perdana seharga Rp35 ribu untuk 3GB, menggantikan paket sebelumnya Rp24 ribu untuk 6GB.
Lalu penghentian program Telkomsel Lite dan Telkomsel Prabayar, dan penyederhanaan jumlah produk dari 6.000 SKU menjadi hanya 400 SKU.
Kemudian penghabisan stok paket murah warisan perang harga pada kuartal III-2024 hingga kuartal I-2025, yang diperkirakan tuntas pada akhir Agustus 2025.
Dengan stabilisasi ARPU dan potensi peningkatan daya beli masyarakat, Telkom berharap konsumsi data akan tumbuh walau harga jual naik.
Dari sisi infrastruktur, Telkom melanjutkan langkah restrukturisasi bisnis fiber optik melalui pembentukan entitas baru, PT Telkom Infrastruktur Indonesia (Infranexia).
Spin off tahap pertama dijadwalkan terlaksana pada kuartal IV-2025, dengan lebih dari 50 persen aset dan bisnis fiber terpilih akan dialihkan ke entitas tersebut.
Perseroan juga mengkaji kemungkinan membuka akses atas aset fiber yang saat ini hanya digunakan secara internal. Strategi ini bertujuan meningkatkan utilisasi dan monetisasi aset fiber, meski tetap mempertimbangkan dampaknya terhadap layanan fixed broadband, terutama IndiHome.
Langkah ini dinilai akan meningkatkan daya saing industri broadband, baik bagi penyedia layanan maupun infrastruktur.
Pasca laporan kinerja semester I yang kurang menggembirakan, harga saham TLKM justru menunjukkan penguatan. Dalam sepekan terakhir, saham Telkom naik 3,8 persen dari Rp2.880 per saham per 31 Juli 2025 menjadi Rp2.990 per 6 Agustus 2025.
Stockbit mencatat, optimisme pasar muncul dari keyakinan bahwa kinerja terburuk TLKM telah terlewati pada kuartal II-2025.
Pemulihan indikator seperti ARPU dan stabilisasi basis pelanggan dinilai menjadi faktor kunci bagi perbaikan fundamental maupun teknikal saham TLKM ke depan.
(DESI ANGRIANI)