IDXChannel - Pasar keuangan Indonesia khususnya pasar modal secara mayoritas bekerja positif pada 12-16 Desember 2022. Bahkan pada Jumat (16/12/2022), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), rupiah dan harga Surat Berharga Negara (SBN) menguat.
Meski menguat, tekanan berisiko berlanjut dan semakin besar melihat adanya sentimen negatif. Terutama setelah empat bank sentral mengumumkan kenaikan suku bunga masing-masing 50 basis poin kemarin.
Bursa saham Eropa dan Amerika Serikat rontok, dan berisiko menjalar ke Asia. Adapun tren kenaikan suku bunga The Fed diperkirakan masih akan terus berlanjut hingga 2023.
Pada bulan ini, bank sentral AS tersebut baru saja menaikkan suku bunga acuan 50 bps menjadi 4,25% - 4,5%. Kenaikan tersebut sekaligus menjadi suku bunga tertinggi sejak 2007 saat krisis subprime mortgage.
Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih, mengatakan kenaikan suku bunga ini akan sangat mempengaruhi pasar keuangan juga sektor-sektor di pasar modal.
Oleh karena itu, Ratih mengingatkan agar investor lebih cermat dalam memilih saham. Menurut dia cari saham yang fundamentalnya baik di tengah risiko pelemahan ekonomi.
"Carilah saham berfundamental baik, memiliki prospek bisnis yang berkelanjutan dan defensif di sektor perbankan, metal mining dan consumer goods, di tengah risiko pelemahan ekonomi akibat kebijakan hawkish tersebut," jelas Ratih.
Saham-saham pilihan yang bisa dicermati investor di antaranya BBCA rekomendasi Buy, MDKA rekomendasi Buy on Weakness dan ICBP rekomendasi Buy.
Keputusan The Fed menaikkan suku bunga membuat beberapa bank sentral melakukan kebijakan yang sama termasuk Indonesia. Bank Indonesia (BI) telah mengikuti langkah The Fed tercermin untuk keempat kalinya secara berturut turut.
Hingga di pertemuan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan November suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) berada pada level 5,25%, atau naik 50 bps dari RDG bulan lalu. Jika dihitung, spread suku bunga BI dan The Fed saat ini hanya sebesar 75 bps.
Kenaikan suku bunga The Fed yang memicu depresiasi nilai tukar rupiah turut berdampak pada imported inflation, sehingga emiten yang menggunakan bahan baku impor akan tertekan terhadap selisih kurs.
“Emiten yang menerbitkan global bond juga akan memiliki forex losses yang semakin besar dan akan menyebabkan profitabilitas menurun,” ungkap Ratih.
Sebelumnya, Tim riset MNC Sekuritas mengatakan IHSG sudah mencapai target penguatan pada level 6.847 dan kemungkinan akan melanjutkan koreksi terlebih dahulu untuk menguji 6.722-6.773.
Adapun dalam skenario alternatif IHSG sedang mengarah ke level 6.982. MNC Sekuritas menyebut level support IHSG kemarin berada di 6.607, 6.641, sedangkan resistance di level 6.838, 6.892. MNC Sekuritas merekomendasikan saham ADRO, INKP, MPMX, dan SMGR.
“Namun demikian, yang perlu diperhatikan adalah pergerakan IHSG diperkirakan masih berada pada fase bearish-nya,” ujar MNC Sekuritas dalam riset.
(FRI)