IDXChannel - Kenaikan suku bunga The Fed berdampak pada negara-negara emerging market termasuk Indonesia.
Kepala ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual mengatakan, yang paling dikhawatirkan dampaknya adalah ke pasar modal terkait investasi portofolio. Diketahui asing masuk sejak tahun lalu sampai ke sampai bulan Maret ini ke pasar obligasi, namun akhirnya mereka keluar dari emerging market termasuk dari Indonesia.
“Di total tahun lalu sekitar 70 triliun dari Indonesia mereka keluar ini ytd mungkin sekitar 23-24 triliunan mereka keluar dari pasar,” kata David dalam Market Review IDX, Jumat (18/3/2022).
Tapi di sisi lain, David melihat antusiasme dari investor di pasar saham itu cukup baik yang jadi sejak kuartal empat tahun lalu, terjadi net inflow pasar saham kita karena memang earning atau laba banyak perusahaan di Indonesia membaik 2 - 3 Kuartal terakhir ini seiring dengan mobilitas yang semakin membaik dan proses recovery yang memang sedang berlangsung.
“Jadi itu yang membuat apalagi harga Indonesia harga PER ataupun price to book value itu masih sangat murah kalau dilihat dari sisi earningnya relatif meningkat jadi itu yang membuat mereka masuk ke pasar modal sehingga dari saham kita masih relatif baik walaupun dari sisi SBN memang terjadi outflow,” ujarnya.
Sejauh ini sebenarnya posisi asing itu tidak lagi ke signifikan dulu yang mempengaruhi pergerakan rupiah. Menurut David hal itu karena dulu posisi asing sekitar 40% dari total kepemilikan di SBN nya dan ketika mereka masuk atau keluar itu biasanya menjadi inflection point daripada pergerakan rupiah.
“Nah sekarang yang paling utama harus kita perhatikan bukan lagi posisi asing di SBN tapi mungkin lebih bagaimana neraca dagang kita ya. Mungkin sejauh ini memang lebih dari 1 tahun ini neraca dagang kita surplus berturut-turut yaitu sudah ke bulan keberapa ini hampir 20 bulan ini kita terus berturut-turut mengalami surplus dari komoditas terutama,” jelasnya
Dengan demikian, yang perlu diwaspadai mungkin ke depan masih relatif kerangka terkait dengan harga minyak dan juga harga batu bara.
“Karena ini mempengaruhi juga kondisi BUMN energi dan secara tidak langsung juga bisa mempengaruhi kondisi fiskal kita itu mungkin yang namanya risiko yang masih harus kita hitung-hitung kedepannya,” pungkas David. (TIA)