IDXChannel - Indeks utama di pasar saham Wall Street ditutup dengan kenaikan yang solid pada Rabu (23/11) waktu AS, setelah risalah pertemuan November The Federal Reserve (The Fed) menunjukkan kenaikan suku bunga yang mungkin akan segera melambat.
Mayoritas dari pembuat kebijakan The Fed setuju untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga hingga Desember tahun ini.
"Apa yang perlu dilihat pasar saham adalah hasil pertemuan The Fed," kata Michael James, direktur pelaksana perdagangan saham di Wedbush Securities di Los Angeles.
Sejak pertemuan terakhir The Fed pada 1-2 November, investor lebih optimis bahwa tekanan harga mulai mereda, yang berarti kenaikan suku bunga yang lebih kecil dapat mengurangi inflasi.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 95,96 poin, atau 0,28%, menjadi 34.194,06. Sementara indeks S&P 500 naik 23,68 poin, atau 0,59%, ke 4.027,26. Adapun indeks Nasdaq Composite bertambah 110,91 poin, atau 0,99%, ke 11.285,32.
Saham ‘kelas berat’, termasuk Amazon.com Inc (AMZN) dan Meta Platforms Inc (META) masing-masing naik 1,00% dan 0,72%.
Saham Tesla (TSLA) Inc juga terpantau melonjak 7,82%. Adapun saham Deere & Co (DE) juga melonjak 5,03% setelah pembuat peralatan pertanian itu melaporkan laba kuartalan yang lebih tinggi dari perkiraan.
Perusahaan jaringan department store mewah AS, Nordstrom Inc (JWN) turun 4,24% karena peritel fesyen memangkas perkiraan labanya di tengah penurunan tajam untuk menarik pelanggan yang waspada terhadap inflasi.
Volume perdagangan tercatat ‘lengang’ menjelang liburan Thanksgiving pada hari Kamis (24/11), dengan pasar saham AS buka setengah sesi pada hari Jumat.
Volume perdagangan di bursa AS mencapai 9,25 miliar saham, melandai dibandingkan dengan rata-rata 11,6 miliar dalam sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.
Sebelumnya pada Rabu, sekumpulan data ekonomi yang beragam menyebabkan penurunan imbal hasil Treasury 10-tahun dan mendorong saham naik.
"Adanya antusiasme investor baru yang dipicu oleh mereka yang melihat cahaya indah di ujung erowongan yang sangat gelap. Dan ada begitu banyak uang yang mengalir kembali ke pasar di sela-sela apa yang terjadi," kata manajer portofolio Moez Kassam dari Anson Funds.
Penguatan Sejumlah Mata Uang
Mengutip Investing.com, Mmata uang Asia sebagian besar menguat dan dolar AS bergerak turun pada Kamis (24/11).
Sinyal The Fed yang relatif dovish meningkatkan ekspektasi bahwa inflasi AS telah mencapai puncaknya dan bank sentral akan menurunkan laju kenaikan suku bunga di masa depan.
Won Korea Selatan berkinerja baik hari ini, menguat sebesar 0,8% setelah Bank of Korea menaikkan suku bunga dengan 25 basis poin yang relatif lebih kecil.
Bank sentral ini berusaha menghindari guncangan ekonomi dari suku bunga tinggi, di tengah tanda-tanda meningkatnya tekanan di pasar obligasi.
Tetapi bank sentral tidak memberikan tanda-tanda akan menghentikan jalur pengetatan kebijakan.
Yen Jepang juga naik 0,6% dan diperdagangkan mendekati level tertinggi dalam tiga bulan terakhir.
Yuan China naik 0,4%, di tengah kekhawatiran investor atas meningkatnya kasus Covid-19 di negara Tirai Bambu tersebut. China tengah menghadapi peningkatan kasus harian yang mencapai rekor tertinggi dan mendorong pemberlakuan kembali pembatasan pergerakan di beberapa kota besar.
Indeks dolar turun 0,3%, dan indeks dolar berjangka turun 0,4%, di mana kedua instrumen mendekati level terendahnya lebih dari tiga bulan ini. (Lihat grafik di bawah ini.)
Pelemahan dolar ini membantu sebagian besar mata uang Asia melewati masa ‘kritis’ dan kekhawatiran atas perkembangan di China.
Waspada Lambatnya Aktivitas Bisnis AS
Risalah pertemuan November The Fed menunjukkan bahwa pembuat kebijakan semakin khawatir tentang kesehatan ekonomi tetapi mengisyaratkan tingkat akhir suku bunga yang lebih tinggi.
Meski demikian, ekonomi di AS terindikasi perlu diwaspadai dengan melihat jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim tunjangan pengangguran naik lebih dari yang diharapkan pada minggu lalu.
Sementara itu, sejak pertemuan itu, pasar telah mengurai sejumlah data ekonomi yang memperkuat pandangan kenaikan suku bunga The Fed 50 bps pada bulan Desember.
Dampak dari adanya kenaikan suku bunga menyebabkan aktivitas bisnis AS mengalami kontraksi selama lima bulan berturut-turut hingga November.
Indeks manufaktur AS juga turun di bawah perkiraan sebesar 50 untuk pertama kalinya sejak 2020.
Diketahui PMI Manufaktur AS turun menjadi 47,6 pada November 2022 dari 50,4 pada Oktober.
Angka tersebut menunjukkan kontraksi pertama dalam aktivitas pabrik sejak pandemi melanda pada pertengahan 2020.
Mengutip Trading Economics, terjadi penurunan tajam industri karena kondisi permintaan terhalang oleh inflasi dan ketidakpastian ekonomi.
“Ini menandakan penurunan baru dalam dalam aktivitas produksi pada November. Penurunan indeks ini berkontribusi terhadap penurunan baru dalam output dan penurunan tajam dalam pesanan baru," kata S&P Global dalam rilisnya.
Aktivitas pembelian memang turun paling tajam sejak Mei 2020 dan banyak perusahaan dilaporkan mengalami kelebihan persediaan.
Inflasi harga memang mereda mereda, namun lapangan kerja melambat karena kesulitan dalam menemukan tenaga kerja terampil juga menjadi persoalan manufaktur AS.
Di Amerika Serikat, Markit Manufacturing Purchasing Managers’ Index mengukur kinerja sektor manufaktur dan berasal dari survei terhadap 600 perusahaan industri. (ADF)