Perkembangan ini mendorong munculnya spesialisasi layanan konstruksi yang signifikan, termasuk pembangunan fasilitas teknologi tinggi seperti pusat data (data center), infrastruktur energi terbarukan, hingga layanan manajemen proyek yang sangat bergantung pada teknologi digital seperti BIM dan kecerdasan buatan (AI).
"KBLI yang berlaku saat ini cenderung mengelompokkan kegiatan-kegiatan canggih dan terspesialisasi ini ke dalam kategori umum, sehingga tidak merefleksikan tingkat risiko, kompetensi teknis, dan kompleksitas perizinan yang sebenarnya dibutuhkan oleh sub-sektor baru ini," tulis TOTL.
Lebih lanjut, perkembangan teknologi telah menjadi pendorong utama spesialisasi yang mendalam dalam industri konstruksi. Saat ini, praktik seperti Building Information Modeling (BIM), adopsi konstruksi modular/pracetak, dan fokus pada konstruksi hijau (Green Construction) telah mengubah fundamental pelaksanaan proyek.
Jenis pekerjaan yang sangat terspesialisasi, seperti manajemen proyek berbasis AI atau jasa instalasi dan pemeliharaan untuk infrastruktur energi terbarukan skala besar, menuntut kompetensi, standar keselamatan, dan regulasi yang berbeda secara signifikan dari konstruksi tradisional.